BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Strategis Bisnis (RSB) adalah suatu dokumen
perencanaan yang harus dibuat oleh setiap organisasi yang mencari laba maupun
yang nirlaba. Puskesmas Way Laga sebagai puskesmas milik Pemerintah Kotamadya
Bandar Lampung juga harus memiliki RSB
sebagai syarat agar bisa ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Lingkungan bisnis yang terus berubah
memerlukan pengelolaan perubahan yang dapat memetakan pengaruh kekuatan‑kekuatan
terhadap arah organisasi. Pemetaan kekuatan-kekuatan tersebut, akan dijadikan
bahan penyusunan dokumen perencanaan yang diharapkan benar‑benar mampu
menampung berbagai kepentingan dan pengetahuan antisipatif sebagai dasar
penetapan keputusan strategis dalam rangka pencapaian visi organisasi.
Dalam upaya mewirausahakan puskesmas maka
perubahan Puskesmas Way Laga menjadi BLUD adalah sangat tepat. Fleksibilitas
yang diberikan akan menjadikan puskesmas secara leluasa merencanakan alokasi
sumber daya, sesuai dengan perubahan kondisi puskesmas itu sendiri. Diharapkan Puskesmas Way Laga akan dapat tumbuh, efisien
dalam pengelolaan keuangan dan bahkan bersaing menjadi mandiri sesuai dengan
arah bisnis yang ditetapkan dalam dokumen RSB. Tentu saja dengan catatan semua
pihak berhak dan wajib berkomitmen agar dokumen perencanaan ini tidak hanya
sekadar dokumen kelengkapan administrasi saja.
B. Tujuan
Beberapa tujuan yang hendak dicapai atas
penyusunan RSB di antaranya adalah:
1.
Meningkatkan
mutu pelayanan puskesmas
2. Tersedianya sistem adminstrasi dan
pelaporan puskesmas yang baik.
3. Tersedianya sarana dan prasarana yang
layak dan cukup
4.
Tersedianya pedoman alat pengendalian organisasi terhadap
penggunaan anggaran.
5.
Untuk menyatukan langkah dan gerak serta komitmen seluruh
insan puskesmas dalam meningkatkan kinerja sesuai standar manajemen dan standar
mutu layanan yang telah ditargetkan dalam dokumen perencanaan.
C. Pengertian dan Ruang Lingkup
Renstra Strategis Bisnis (RSB) adalah
dokumen yang mencerminkan adanya proses berkelanjutan dan sistematis dari
pembuatan keputusan bisnis di bidang penyediaan jasa layanan kesehatan dengan
memanfaatkan sebanyak‑banyaknya pengetahuan antisipatif, mengorganisasikannya
untuk usaha‑usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui
umpan balik dalam rangka meningkatkan
nilai tambah bagi stakeholder (pihak
terkait) Puskesmas.
RSB
memiliki kerangka waktu 5 tahun mulai tahun 2011
sampai dengan tahun 2015, yang akan dijabarkan ke dalam
masing-masing pusat pertanggungjawaban pada unit‑unit pelayanan yang ada.
D. Konsep Dasar
Pengelolaan keuangan dan non keuangan
pada entitas bisnis merupakan sebuah siklus yang terus berlangsung dalam
organisasi. Siklus tersebut diawali dengan aktivitas perencanaan, pengukuran,
evaluasi, dan pelaporan yang akan dijadikan umpan balik untuk perencanaan
berikutnya. Pengelolaan pelayanan kesehatan pada puskesmas menuntut kecermatan,
keakuratan dan kecepatan pengambilan keputusan karena menyangkut kepentingan
hidup-matinya pasien. Oleh karena itu perencanaan puskesmas
memiliki fleksibilitas dan elastisitas relatif tinggi yang mensyaratkan
pemenuhan implementasi siklus tersebut dalam pelaksanaan pengelolaan
kinerjanya.
Kedudukan RSB di antara seluruh proses
manajemen kinerja dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
E. Metodologi
RSB disusun oleh suatu kelompok kerja dengan memanfaatkan
dokumen‑dokumen yang tersedia, pengamatan, dan wawancara. Kelompok Kerja tersebut terdiri dari
seluruh komponen yang memiliki kompetensi perencanaan. Seluruh isi materi RSB
telah ditelaah dan dibahas secara transparan dengan menggunakan kaidah‑kaidah
profesi yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari kelompok kerja.
Penyusunan RSB memperhatikan sejarah
puskesmas, aspek legal, lokasi dan isu strategis yang sedang berkembang. Potensi
yang dimiliki digali dari lingkungan baik internal maupun eksternal, posisi puskesmas
dan diidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilannya. Keinginan para pemangku
kepentingan diapresiasi menjadi arah bisnis atau mau dibawa ke mana organisasi
puskesmas. Arah itu tercermin dalam visi, misi dan strategi. RSB disusun dengan
menggunakan konsep Balanced Scorecard (BSC). BSC adalah alat yang menyediakan bagi para
pimpinan pengukuran secara komprehensif bagaimana organisasi mencapai kemajuan
lewat sasaran-sasaran strategisnya. Metode ini secara komprehensif memandang pada
empat perspektif meliputi :
1. Perspektif
Pelanggan/stakeholder
2. Perspektif
Proses Bisnis Internal
3. Perspektif
Keuangan
4. Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Setiap perspektif
yang ada harus menunjukkan cause-effect
relationship sehingga masing-masing dapat dihubungkan dengan misi
yang akan dicapai. Adapun kaitan masing-masing perspektif dapat dijelaskan sebagai berikut
1) Perspektif
Pelanggan. Perspektif ini
menunjukkan seperti apa puskesmas di mata
pelanggan. Pelanggan mempunyai
kemampuan teknis melihat puskesmas dari berbagai sisi: waktu, kualitas,
kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh
pelayanan. Dimensi kebutuhan
pelanggan yang demikian pada akhirnya akan menentukan bagaimana perusahaan dilihat oleh pelanggan.
Semakin baik persepsi pelanggan, semakin baik pula nilai
puskesmas di mata pelanggan.
2) Perspektif
Proses Bisnis Internal.
Ukuran ini menunjukkan dalam proses
pelayanan seperti apa puskesmas akan
lebih baik. Orientasi kepada pelanggan memang mutlak, akan tetapi permasalahan
bagi manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan kompetensi yang dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan.
3) Perspektif
Keuangan. Perspektif ini menunjukkan
bagaimana puskesmas dilihat oleh pemerintah daerah baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang dalam mengelola keuangan. Puskesmas bisa defisit pada waktu tertentu,
akan tetapi pemerintah daerah menyadari bahwa setelah itu puskesmas akan surplus.
Semakin baik puskesmas di mata pemerintah daerah, semakin aman puskesmas
memperoleh sumber pembiayaan.
4) Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Perspektif ini menunjukkan bagaimana puskesmas dapat bertahan dan mampu berubah
sesuai dengan tuntutan eksternal.
Pendekatan ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pertanggungjawaban dengan menggunakan Strategic Based Responsibility, yang
berarti seluruh unit layanan yang ada di Puskesmas Way Laga diukur kinerja
berdasarkan perspektif tersebut.
BAB II
PROFIL PUSKESMAS WAY LAGA
A. Sejarah Puskesmas Way Laga
Puskesmas Way Laga adalah Puskesmas yang terletak di
Jl.Ir Sutami Km 7 Kecamatan Sukabumi .Puskesmas Way Laga didirikan pada Tahun 1983 dan pada
waktu berdirinya Puskesmas Way Laga adalah berupa Puskesmas Pembantu dengan
wilayah kerja kelurahan way laga , dan pada waktu itu Puskesmas Pembantu Way
Laga masih merupakan bagaian dari Wilayah Puskesmas Panjang,
Namun dengan seiringnya perkembangan Kota Bandar Lampung
Pada Tahun 1987 Puskesmas Way Laga ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas
Induk dengan wilayah kerja :
a. Kelurahan Way
Laga
b. Kelurahan Way
Lunik
c. Kelurahan Way
Gubak
d. Kelurahan
Ketapang
Dalam
menjalankan peran dan fungsi sebagai Puskesmas Induk,Puskesmas Way Laga
mempunyai dua Puskesmas Pembantu Yaitu :
a.
Pustu Pidada (didirikan
Tahun 1987 )
b.
Pustu
Way gubak ( didirikan Tahun
1987 )
Namun
Pada Tahun 2003 Terjadi lagi Pemekaran Wilayah di Kota Bandar lampung dan
Puskesmas Way Laga juga terkena imbas dari pemekaran wilayah tersebut sehingga
wilayah kerja Puskesmas Way Laga hingga saat ini adalah :
a.
Kelurahan
Way Laga
b.
Kelurahan Pidada
c.
Kelurahan
Way Gubak
Puskesmas
Way Laga masih mempunyai 2 Pustu yaitu :
a. Pustu
Pidada
b. Pustu Way
Gubak
Pada Tahun 2013 Terjadi Lagi Pemekaran Kecamatan di
wilayah Kota Bandar Lampung dan Puskesmas Way Laga mendapat wilayah kerja 2
Kelurahan yaitu :
a. Kelurahan Way Laga
b. Kelurahan Way Gubak
Dalam melaksanakan kegiatannya puskesmas way laga
mempunyai satu Puskesmas Pembantu Yaitu Puskesmas Pembantu Way Gubak serta
dibantu 2 Poskeskel yaitu :
a. Poskeskel Way Laga
b. Poskeskel Way Gubak
PIMPINAN
Dalam
menjalankan kegiatan Manajemen di
Puskesmas Way Laga telah beberapa kali berganti
pemimpin Adapun pemimpin tersebut adalah :
a.
H.
Kosasih Tahun
1987 s/d 1989
b.
Dr.Bargiyah
Ramli Tahun
1989 s/d 1990
c.
Dr. Harun Akib Tahun 1990 s/d 1992
d.
Dr. Sabur Nugroho Tahun 1992 s/d 1993
e.
Dr. A.Zaheri As Tahun 1993 s/d 1995
f.
Dr. Bramantono Tahun 1995 s/d 1997
g.
Dr.Sofie Puji Astuti Tahun 1997 s/d 1999
h.
Dr.
Natalia Wahyudi Tahun 1999 s/d 2000
i.
Dr.Hendriyanto Tahun 2001 s/d 2002
j.
Dr.Viktory Firdaus Tahun
2002 s/d 2003
k.
Dr.Djohan Lius Tahun 2003 s/d 2005
l.
Drg.Meri
Farida Tahun 2005 s/d Sekarang
Puskesmas Way Laga didirikan diatas tanah
seluas 800 m2 dengan luas bangunan 400
m2. Sarana yang tersedia meliputi
fasilitas sarana pelayanan langsung (medis dan
keperawatan) dengan tidak langsung (penunjang medis) Kegiatan
yang direncanakan adalah kegiatan upaya kesehatan wajib yaitu upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib ini harus di selenggarakan oleh
Puskesmas Way Laga yaitu
- Upaya Promosi Kesehatan ( penyebarluasan informasi kesehatan )
- Upaya Kesehatan Lingkungan
- Upaya kesehatan ibu dan anak serta KB
- Upaya perbaikan gizi masyarakat
- Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular
- Upaya pengobatan (BP Umum, BP Gigi dan KIA)
Selain dari upaya wajib juga ada upaya kesehatan
pengembang yaitu :
- Kesehatan Jiwa
- Kesehatan mata dan pencegahan kebutaan
- Kesehatan telinga dan pencergahan ketulian
- Kesehatan Usia Lanjut
- Kesehatan Kerja
- Kesehatan Olah Raga
- Kesehatan Matra
- Pembinaan pengobatan tradisional
- Laboratorium sederhana
- Penyuluhan obat
- Rekam Medik
Adapun kegiatannya dilaksanakan didalam maupun di luar
gedung puskesmas.
B. Aspek Legal
Organisasi
puskesmas ini diselenggarakan berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Bandar Lampung
Nomor 38Tahun 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja
lembaga teknis daerah Kotamadya Bandar lampung.
Sesuai
SK Walikota Bandar Lampung no 5 tahun
2003, tertanggal 26 maret 2003 tentang penetapan puskesmas induk dan puskesmas
pembantu.
Sebagai puskesmas besarnya tarif pelayanan mengacu pada
Peraturan Daerah Nomor 05 tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.di
Puskesmas Bandar Lampung. Tapi sejak dikeluarkannya SK Walikota no 7 /IV.41/HK/2012
pelayanan di puskesmas dilakukan secara gratis.
C. Lokasi Bisnis
Puskesmas
Way Laga terletak di Jalan Ir.
Sutami Km 7 ,yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Way Laga Kota Bandar
lampung. Lalu lintas utama di daerah tersebut terdapat di jalan Ir. Sutami yang
terletak di dekat puskesmas. Yang merupakan lalu lintas 2 arah yaitu dari utara
ke selatan dan sebaliknya,dengan intensitas pemakaian tinggi.
. LUAS WILAYAH PUSKESMAS WAY LAGA
Luas wilayah puskesmas Way Laga 1247 Ha
yang tersebar di kelurahan dengan
rata-rata kepadatan penduduk sebesar
26,67 jiwa / Ha.
LUAS
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAY LAGA
No
|
Kelurahan
|
Luas wilayah/ Ha
|
Jumlah penduduk
|
Jumlah KK
|
Kepadatan penduduk / Ha
|
Ket
|
1
|
Way
Laga
|
681 Ha
|
6.903
|
1.586
|
|
|
2
|
Way
Gubak
|
566 Ha
|
3.404
|
782
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
JUMLAH
|
1247 Ha
|
10.307
|
2.268
|
|
|
Pada tahun 2013
ini jumlah penduduk diwilayah kerja puskesmas Way Laga 10.307 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga 2.268 KK.
Adapun
jejaring Puskesmas Way Laga kecamatan Panjang :
- Puskesmas Way Laga adalah Puskesmas induk dan mempunyai 1 Puskesmas Pembantu yaitu :
-
Puskesmas pembantu : Way Gubak
- Pos kesehatan kelurahan ( POSKESKEL )
-
Pos kesehatan kelurahan : Way Laga
-
Pos kesehatan kelurahan : Way Gubak
- Pos pelayanan terpadu ( POSYANDU )
-
Kelurahan Way Laga : 7
posyandu
-
Kelurahan Way Gubak : 6
posyandu
- Pos Lansia
-
Kelurahan
Way Laga : 1 posyandu
-
Kelurahan
Way Gubak : 1 posyandu
D. Isu‑isu Strategis Pelayanan Puskesmas
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kotamadya Bandar Lampung berdasarkan data BPS Kotamadya BandarLampung tahun 2013 sebesar 75,7%
. Untuk menaikkan IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan kesejahteraan
rakyat, Pemerintah Kotamadya Bandar Lampung bertekat membenahi kebijakan maupun program-program di bidang
kesehatan. Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas
dengan menerapkan Puskesmas Way Laga dari PPK BLUD bertahap menjadi PPK BLUD (Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah) Penuh pada tahun 2014. Namun usaha itu juga tidak lepas dari peran serta
masyarakat dan pemerintah daerah sebagai pemilik puskesmas.
Peran
pihak swasta dalam pelayanan kesehatan sangat penting. Klinik swasta di samping sebagai mitra bagi
pemerintah daerah sekaligus juga sebagai pesaing bagi pemerintah daerah.
Apabila prestasi puskesmas pemerintah sampai di bawah klinik swasta, maka hal itu menunjukkan
puskesmas kurang berhasil dalam menjalankan misinya.
Usaha puskesmas akan semakin ketat dalam
persaingan, bukan hanya pelaku usaha nasional tapi juga asing akan berebut
pasar di Indonesia. Persaingan ini tentu saja bukan sekedar mengenai jumlah
pelaku usaha yang akan masuk, namun juga tentang kemajuan teknologi, kualitas
SDM hingga strategi pemasaran yang akan dipertarungkan untuk memperebutkan
pasar potensial masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas.
Pendapatan fungsional yang terus
meningkat belum diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang profesional. Selain
itu, pola tarif pelayanan yang belum memperhitungkan biaya satuan (unit cost) menyebabkan pelayanan kurang
optimal.
BAB III
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS
A. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Tiga Tahun Terakhir
Puskesmas Way Laga adalah salah satu unit
pelayanan kesehatan di wilayah Kecamatan Panjang Kotamadya Bandar Lampung. Namun
demikian derajat kesehatan masyarakat masih di bawah harapan, yang ditunjukkan
dengan masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia. Untuk mengangkat IPM
tersebut, salah satu upaya yang harus dilakukan
adalah meningkatkan peran puskesmas Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi
lingkungan baik yang mendukung maupun yang menghambat. Setidaknya rumah
puskesmas lebih diuntungkan, karena sebagian anggaran belanja puskesmas masih
ditopang dari subsidi pemerintah, hampir seratus prosen infrastruktur dan
belanja pegawai yang sebagian besar PNS daerah dibayar dari APBN dan APBD.
Untuk mengukur kinerja puskesmas
digunakan beberapa indikator yang dapat mewakili penilaian pada masing‑masing
perspektif BSC. Kerangka indikator kinerja yang digunakan dibatasi pada
ketersediaan data. Dimungkinkan adanya indikator‑indikator lainnya yang lebih
tepat digunakan dalam menilai kinerja puskesmas, namun hal itu belum dapat
disajikan dalam masing‑masing unit kerja
yang bermanfaat dalam proses penyusunan program dan kegiatan pada setiap
penyusunan anggaran tahunan.
Suatu perancangan yang baik selalu
didasarkan pada kondisi obyektif lingkungan sebagai bahan evaluasi untuk
proyeksi rencana. Sampai sejauh mana pengaruh lingkungan bisnis terhadap
kinerja, agresivitas, pertumbuhan, daya saing dan budaya kerja pada Puskesmas Way
Laga maka akan diuraikan analisis lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut:
B. Analisis Lingkungan Internal
1.1 Perspektif
Pelanggan
Salah satu kinerja pelayanan adalah
bagaimana memperoleh gambaran dari perilaku pelanggan. Terdapat tiga indikator yang dapat
menunjukkan perilaku pelanggan, yaitu:
a. Customer Acquisition. Indikator ini digunakan untuk mengukur
sampai sejauh mana "pasien baru" menggunakan jasa layanan yang
disediakan. Berdasarkan data historis 3 tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan peningkatan kinerja. Rata‑rata kunjungan pasien baru mencapai 29,3.%
per tahun dengan jumlah kunjungan tertinggi pada tahun 2012 mencapai
29% Perkembangan jumlah kunjungan pasien
baru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tahun
|
Pasien Baru
|
Total Pasien
|
%
|
2011
|
1567
|
22.142
|
28
|
2012
|
1721
|
24.345
|
29
|
2013
|
879
|
19675
|
31,1
|
Rata-rata
|
4167
|
66162
|
29,3
|
b. Customer Loyality. Indikator ini bertujuan untuk mengukur sampai
sejauh mana puskesmas mampu mempertahankan pasien lama (kunjungan ulang) untuk
menggunakan jasa layanan yang disediakan. Berdasarkan data historis 3 tahun
terakhir rata‑rata 70.6% dengan kunjungan pasien lama terendah terjadi pada
tahun 2011 sebesar 68,9% dan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 72%. .
Perkembangan kunjungan pasien lama dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tahun
|
Pasien Lama
|
Total Pasien
|
%
|
2011
|
20575
|
22.142
|
72
|
2012
|
22624
|
24.345
|
71
|
2013
|
18796
|
19675
|
68,9
|
Rata-rata
|
61995
|
66162
|
70,6
|
c.
Keluhan Pasien.
Indikator ini untuk mengukur sampai sejauh mana kepuasan pasien terhadap
layanan yang diberikan. Data survei kepuasan pelanggan yang tersedia hanya pada
tahun 2010
Surve tentang kepuasan pelanggan terakhir
dilakukan pada tahun 2010 dengan
menyediakan layanan keluhan pelanggan baik melalui kotak saran, surat kabar, maupun
layanan pesan singkat (SMS). Sampai dengan bulan Desember 2011, terdapat 10 keluhan
dari pasien dan seluruhnya (75%) telah
direspon dan dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, pihak manajemen secara
mandiri telah melakukan survei mutu pelayanan dengan metode sampling terhadap 50
pasien. Hasil survey tersebut menyimpulkan bahwa mutu pelayanan Puskesmas Way
Laga masih belum baik.
Dari ketiga indikator berkenaan dengan perspektif
pelanggan menunjukkan indikasi yang masih belum menguntungkan posisi puskesmas.
1.2 Perspektif Proses Bisnis Internal
Kinerja pelayanan juga dapat diukur dari aspek teknis yang
diharapkan dari tujuan (goal) pelayanan
medis, yang meliputi kualitas mutu pelayanan (quality of services).
a.
Quality Of
Services
Kualitas mutu layanan
puskesmas mengacu pada SPM
Rincian lengkap bisa diliat di table
lampiran.
Tahun
|
Evaluasi kinerja
|
2011
|
62%-
|
2012
|
61.8%
|
2013
|
63,72%
|
Rata-rata
|
62,5%
|
Perspektif proses bisnis internal yang
diukur dari quality of service menunjukkan
kinerja yang sangat baik, yaitu sesuai dengan standar nacional. Dengan demikian
Puskesmas Way Laga dapat memberikan mutu
pelayanan seperti harapan masyarakat.
1.4 Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Dalam pencapaian mutu layanan pada
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, dibutuhkan upaya manajemen dalam
penyediaan sumber daya pelayanan utamanya dari aspek sumber daya manusia dan infrastruktur.
Dalam perspektif ini terdapat empat aspek yang dinilai, yaitu:
a.
Penyediaan Sumber Daya Manusia
Puskesmas Way Laga senantiasa menempatkan sumber daya
manusia pada posisi sentral dalam pengelolaannya. Sebab keberhasilan
pengelolaan SDM merupakan salah satu kunci sukses dalam upaya memberikan
pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Oleh karenanya, seluruh aspek
terkait dengan sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh.
Puskesmas Way Laga memiliki 1 puskesmas pembantu
sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
membantu pelaksanaan program menuju tercapainya visi dan misi puskesmas.
A.
Kegiatan Pengelolaan SDM
Saat ini
tengah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan fungsi manajemen; Penyempurnaan
Sistem pengelolaan aset; pengembangan kompetensi dan pembinaan karir;
Penyempurnaan Sistem Reward and punishment; Pengembangan SDM
diprioritaskan pada pendidikan SDM yang
mempunyai daya ungkit yang signifikan terhadap kemajuan Puskesmas berdasarkan
prestasi, kompetensi & kontribusi terhadap puskesmas serta
pengembangan/pendidikan yang mengutamakan pelayanan, maka berbagai kegiatan
manajemen umum, diantaranya meningkatkan kinerja manajemen operasional dengan
mewujudkan indikator kinerja serta menyempurnakan sistem informasi manajemen;
sistem pengelolaan keuangan dan akuntansi serta
mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi.
Komposisi ketenagaan berdasarkan latar belakang
pendidikan di Puskesmas Way Laga tahun 2013 adalah sebagai berikut
DATA : KEPEGAWAIAN PUSKESMAS
WAY LAGA
No
|
Nama
|
Pendidikan
|
Jabatan/ Program
|
1
|
Drg.
Meri Farida
|
Fak.
Kedokteran Gigi
|
Ka.
UPTD
|
2
|
Sajam
SE
|
Sarjana
Ekonomi
|
Ka.Sub.Bag.T.Usaha
|
3
|
Dr.
Rosdiana.S
|
Fak.
Kedokteran
|
Dokter
umum
|
4
|
Drg.
Zaerina
|
Fak.
Kedokteran gigi
|
Dokter
gigi
|
5
|
Sulastri
|
D1
Kebidanan
|
Coordinator
bidan
|
6
|
M.Yasin
|
|
Pelaksana
kesling
|
7
|
Sumiyati,Amd.Kep
|
D3
Keperawatan
|
Pelaksana
TB paru
|
8
|
Roma
Winda Gultom
|
D3
Gizi
|
Pelaksana
gizi
|
9
|
Heru
Pratomo
|
SPK
|
Staf
BP. Umum
|
10
|
Ernani
|
SPRG
|
Perawat
gigi
|
11
|
Wahyuni
Esa
|
D3
farmasi
|
Pelaksana
apotik
|
12
|
Taufik
Yulyanto
|
SPK
|
Pelaksana
P2M
|
|
|
|
|
DATA : KEPEGAWAIAN PUSTU WAY GUBAK
No
|
Nama
|
Jabatan
|
Status
|
1
|
K.Simanjuntak
|
Ka.Pustu
|
PNS
|
2
|
Lukita
satya Gusti
|
D3
Kebidanan
|
PNS
|
3
|
Dyah
Kurnia
|
Pekarya
|
PNS
|
Dari data diatas
proporsi terbesar adalah lulusan DIII kesehatan sebesar 33% dan terkecil adalah Sarjana sebesar 6%
yaitu dokter gigi maupun umum
Sedangkan
Komposisi ketenagaan berdasarkan jenis ketenagaan saat ini 100 % tenaga di Puskesmas adalah PNS.
Kebijakan kegiatan pengembangan SDM didasarkan pada
peningkatan kualitas SDM sesuai standar kompetensi, kebutuhan Puskesmas sehingga memiliki daya
ungkit yang besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dari alokasi
biaya pengembangan SDM, sampai akhir tahun 2013 Puskesmas telah memberikan
kesempatan peningkatan pendidikan berbagai jenis ketenagaan diantaranya tenaga
perawat, tenaga medis, tenaga non medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Sedangkan penyelenggaraan pelatihan, seminar dan workshop
baik internal maupun eksternal meningkat sebesar dibandingkan dengan
penyelenggaraan pada tahun 2009, yaitu dari 48 kali penyelenggaraan di tahun
2009 menjadi 72 kali penyelenggaraan di tahun 2010, dengan jumlah SDM terlatih
meningkat Perkembangan ini tentunya diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja
pelayanan Puskesmas pada tahun-tahun selanjutnya
b.
Pengembangan Infrastruktur
Unsur pengukuran kinerja pada perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran lainnya adalah kondisi infrastruktur puskesmas Dalam menilai kondisi infrastruktur
digunakan dua indikator yaitu ketersediaan peralatan dan ruangan. Ketersediaan
peralatan diukur dengan 3 proxy yaitu (1) kelengkapan peralatan, (2) kalibrasi,
dan (3) kondisi peralatan pada layanan rawat jalan, penunjang medis, dan non medis. Sedangkan
ketersediaan ruangan diukur dengan pemenuhan standar minimum luas ruangan pada
layanan rawat jalan, , penunjang medis, dan non medis.
Kondisi ketersediaan peralatan tahun 2008
dibandingkan dengan standar minimum digambarkan dalam tabel berikut:
Layanan
|
Kelengkapan Alat
|
Alat di Kalibrasi
|
Kondisi Alat
|
Rawat Jalan
|
70%
|
|
80%
|
|
|
|
|
Penunjang Medis
|
75%
|
|
80%
|
Non Medis
|
-
|
-
|
-
|
Rata-rata
|
72.5%
|
|
80%
|
Dari tabel di atas, rata-rata kelengkapan
alat baru mencapai 72.5% dari standar minimum yang harus ada.Kalibrasi alat
masih belum dilakukan. Sedangkan kondisi peralatan 80% masih baik.
Kondisi ketersediaan ruangan tahun 2008
dibandingkan dengan standar minimum digambarkan dalam tabel berikut:
Layanan
|
Pemenuhan Standar
Minimum
Luas Ruangan
|
Rawat Jalan
|
100 m2
|
Rawat Inap
|
-
|
Penunjang Medis
|
75.2m2
|
NonMedis
|
92m2
|
Dari
kinerja indikator perspektif pelanggan di atas dapat disimpulkan bahwa
penyediaan sumber daya pelayanan berupa SDM dan infrastruktur masih belum
memadai dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang prima.
1.4 Perspektif Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran posisi
keuangan puskesmas baik dari sumber pendanaan maupun pembiayaan. Dalam mengukur perspektif keuangan digunakan 3 indikator yaitu
:
a.
Sales Growth
Rate (SGR) : Indikator
ini digunakan untuk mengukur kemampuan puskesmas menggali pendapatan fungsional
dari jasa layanan kesehatan. Rata‑rata pertumbuhan pendapatan fungsional Puskesmas Way Laga
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tahun
|
Realisasi
Pendapatan
Fungsional
(Rp)
|
Tingkat
Pertumbuhan
(%)
|
2009
|
12.622.000
|
|
2010
|
11.922.000
|
-1.06
|
2011
|
126.502.195
|
106
|
Rata-rata
|
50.348.731
|
52.47
|
Berdasarkan data 3 tahun tersebut di atas, tingkat pertumbuhan
pendapatan puskesmas (dengan dasar pengukuran pendapatan tahun 2009 s.d tahun
2011 rata‑rata sebesar 52,47 %dan menunjukkan kecenderungan peningkatan
b.
Cost
Recovery Rate (CRR) : Indikator ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh
mana kontribusi pendapatan fungsional puskesmas mampu menutup belanja operasional
pelayanan. Perkembangan kemampuan pembiayaan operasional puskesmas dari
2009-2011 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tahun
|
Realisasi
Pendapatan Fungsional
|
Realisasi
Belanja Langsung
|
CRR
(%)
|
|
2009
|
12.622.000
|
136.692.900
|
92.33%
|
|
2010
|
11.922.000
|
146.579.958
|
81.34%
|
|
2011
|
126.502.195
|
162.502.194
|
77.84%
|
Berdasarkan data historis 3 tahun
terakhir menunjukkan biaya langsung puskesmas belum dapat menutupi
pendapatan fungsional sehingga kekurangan belanja langsung dibantu oleh
pemerintah daerah.
c.
Tingkat Kemandirian Puskesmas: Indikator ini digunakan untuk mengukur
sampai sejauh mana kontribusi pendapatan fungsional terhadap total belanja. Berdasarkan
data historis 3 tahun terakhir tingkat kemandirian keuangan puskesmas rata‑rata
.24% dari total belanja puskesmas. Tingkat kemandirian keuangan Puskesmas Way
Laga dapat dilihat dari tabel berikut:
Tahun
|
Realisasi
Pendapatan
Fungsional
(Rp)
|
Realisasi
Anggaran
Belanja
(Rp)
|
2009
|
12.622.000
|
136.692.900
|
2010
|
11.922.000
|
146.579.958
|
2011
|
126.502.195
|
227.752.194
|
Dari gambaran tabel di atas, tampak bahwa
sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 tingkat kemandirian keuangan puskesmas
cenderung menurun. Kondisi keuangan puskesmas yang demikian cukup wajar karena
adanya kegiatan relokasi puskesmas yang membutuhkan dana sangat besar yang
masih ditunjang dari subsidi pemerintah (pemerintah pusat maupun daerah). Biaya
investasi untuk kegiatan relokasi puskesmas diproyeksikan masih cukup dominan
untuk lima tahun ke depan. Pemerintah masih berkomitmen untuk terus mengucurkan
dana dalam rangka mendukung program penguatan kapasitas infrastruktur sesuai
dengan pesatnya perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan jenis
penyakit.
Dari gambaran tiga indikator kinerja
perspektif keuangan dapat disimpulkan bahwa satu sisi pendapatan fungsional
terdapat kecenderungan meningkat, namun sisi lain puskesmas masih memiliki
ketergantungan kepada pemerintah dalam segi pembiayaan untuk pengadaan sarana
dan prasarana.
Atas dasar pengukuran kinerja internal
yang diuraikan di atas, selanjutnya data pengukuran dijadikan obyek analisis
pada masing‑masing perspektif sebagai kekuatan atau kelemahan yang dimiliki puskesmas
dengan kesimpulan sebagai berikut:
|
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
|||||
|
|
1
|
2
|
3
|
- 1
|
- 2
|
- 3
|
|
A
|
PELANGGAN
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Customer acquisition
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Customer loyality
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
Number of complain
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Sub Jumlah
|
6
|
|
|||||
|
|
|
|
|||||
B
|
PROSES BISNIS INTERNAL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Qualty of Service
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Mutu pelayanan puskesmas
|
-
|
2-
|
-
|
-
|
- -
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sub Jumlah
|
|
|
|||||
C
|
PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Penyediaan SDM
|
-
|
-
|
-
|
-
|
- 2
|
-
|
|
2
|
Pengembangan
SDM
|
-
|
-
|
-
|
-
|
- 2
|
-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengembangan
Infrastruktur
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Sub Jumlah
|
1
|
- 4
|
|||||
|
|
|
|
|||||
D
|
KEUANGAN
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Sales Growth Rate
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Cost Recovery Rate
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
Tingkat
kemandirian keuangan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
- 3
|
|
|
Sub Jumlah
|
2
|
- 3
|
|||||
|
Jumlah
|
8
|
- 7
|
|||||
|
|
|
|
|||||
C. Analisis
Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk melihat situasi
eksternal puskesmas yang dapat memberikan peluang atau ancaman bagi keberadaan puskesmas.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah berikut:
- Kebutuhan pelanggan terhadap provider kesehatan, yang dapat diindikasikan dari variabel-variabel berikut:
Derajat
Kesehatan
1.
Angka Kematian (Mortalitas)
a.
Angka Kematian Ibu
Kasus Kematian Ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Way Laga adalah :
-
Tahun 2007 :
Tidak ada
-
Tahun 2008 :
Tidak ada
-
Tahun 2009 :
1 Kasus ( Ny.Maeningsih 27 Tahun meninggal di RSUAM
karena Eklamsia )
-
Tahun 2010 :
tidak ada
GRAFIK KEMATIAN IBU BERSALIN PUSKESMAS WAY
|
LAGA TAHUN 2007 S/D 2010
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0,2
|
0,4
|
0,6
|
0,8
|
1
|
1,2
|
TAHUN 2007
|
TAHUN 2008
|
TAHUN 2009
|
TAHUN 2010
|
|
b.
Angka Kematian Bayi
Kasus
Kematian Bayi di Puskesmas Way Laga adalah :
-
Tahun 2007 :
3 Kasus
-
Tahun 2008 :
1 Kasus
-
Tahun 2009 :
2 Kasus
-
TAHUN 2010 :
1 Kasus
A.
Kematian Balita
-
Tahun 2007 :
2 Kasus
-
Tahun 2008 :
1 Kasus
-
Tahun 2009 :
2 Kasus
-
Tahun 2010 :
1 Kasus
2.
Angka Kesakitan (Morbiditas)
a.
Pola 10 Penyakit Terbesar
Dari
sumber SP2TP Way Laga ditemukan bahwa penyakit ISPA (faringitis, tonsilitis,
cc) tetap menempati urutan 1 pola 10 penyakit terbesar selama 3 tahun terakhir
ini. Disusul dengan penyakit . Penyakit lain yang tetap bertahan di peringkat
10 penyakir terbesar adalah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyakit
yang ada merupakan penyakit menular berbasis lingkungan di samping penyakit
degeneratif yang banyak menyerang usia lanjut yang semakin lama semakin
meningkat.
b.
Penyakit Menular
Penyakit
menular yang menjadi sorotan selama periode 2011 adalah DBD, diare, campak, TBC
paru, pneumonia.
Demam
Berdarah Dengue
Berikut ini adalah grafik penyakit DBD dipuskesmas Way Laga dari Tahun
2007 s/d 2010
Berikut ini adalah grafik trend penyakit DBD
dipuskesmas Way Laga dari Tahun 2007 s/d 2010
1.
Malaria
Penyakit Malaria diwilayah kerja Puskesmas Way Laga dari
Tahun 2007 s/d 2010 Tidak pernah ditemukan Malaria dengan pemeriksaan
Laboratorium Positif
2.
Gigitan Hewan Tersangka Rabies
Penyakit Akibat Gigitan Hewan Tersangka
Rabies adalah :
-
Tahun 2007 : 4
Kasus
-
Tahun 2008 : 8
Kasus
-
Tahun 2009 : 6
Kasus
-
Tahun 2010 : 4
Kasus
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di
Puskesmas Way Laga semua kasusnya adalah diakibatkan oleh gigitan
anjing.
Pada Tahun 2010
telah terjadi KLB Rabies di Puskesmas Way Laga karena terjadinya kasus
kematiaan akibat rabies dengan nama penderita Tn Gelege Tuan nimbang yang br
alamat di kelurahan pidada jl. Transmigrasi ,meninggal di Rs.Jakarta
3.
Chikungunya
Penyakit
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
Data Penyakit Chikungunya di Puskesmas Way
Laga adalah :
-
Tahun 2007 :
81 Kasus
-
Tahun 2008 :
28 Kasus
-
Tahun 2009 :
14 Kasus
-
Tahun 2010 :
7 Kasus
Dari data diatas dapat kita lihat telah
terjadi penurunan kasus chikungunya setiap tahunnya
4.
Penyakit Flu Burung
Di Wilayah kerja Puskesmas Way laga
sering terjadi kematian ayam secara mendadak dan telah diperiksa oleh Dinas
peternakan dan ayam tersebut mati akibat virus H5N1 ( Afian Influensa ) dan
sampai dengan saat ini belum ada Virus H5N1 yang menyerang manusia yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Way
laga.
Berikut ini kami
tampilkan Tabel Wilayah yang pernah terjangkit H5N1 pada unggas / ayam
KELURAHAN
|
|||||
WAY LAGA
|
WAY GUBAK
|
PIDADA
|
|||
Dusun
|
Jml Ayam
|
Dusun
|
Jml Ayam
|
Dusun
|
Jml Ayam
|
Batu Suluh
|
187 ekor
|
|
|
Sk.Indah
|
18 Ekor
|
Kroy
|
9 Ekor
|
|
|
|
|
Gn.Sinar
|
12 Ekor
|
|
|
|
|
Purwodadi
|
10 Ekor
|
|
|
|
|
Way Laga
|
39 Ekor
|
|
|
|
|
Dari Tabel diatas
dapat kita lihat bahwa di kelurahan Way laga hamper seluruh dusunnya pernah
terjangkit virus H5N1 dan pernah ada beberapa penderita Suspect H5N1 yang
dirawat di Rumah Sakit.
Penyakit Menular Langsung
1. Diare
Penyakit Diare di Puskesmas Way Laga termasuk tinggi,hal ini dikarenakan
tingkat hygyne masyarakat di wilayah kerja puskesmas masih sangat kurang,tetapi
penyebab yang utama adalah dikarenakan kurangnya ketersediaan sumber air bersih
,
Berikut ini kami tampilkan grafik kasus
diare di Puskesmas Way
laga Tahun 2007 s/d 2010
-
Tahun 2007 :
1452 Kasus
-
Tahun 2008 :
1027 Kasus
-
Tahun 2009 :
979 Kasus
-
Tahun 2010 :
769 Kasus
Dari data diatas
dapat kita lihat telah terjadi penurunan kasus diare hal ini terjadi akibat
semakin tersedianya sumber air bersih dari masyarakat melalui P2KP
2. TB.Paru
Penyakit TB.Paru sangat dipengaruri oleh
lingkungan yang tidak sehat
Berikut ini kami
sampaikan table penyebaran penyakit TB.Paru
di Puskesmas Way Laga Tahun 2007 s/d 2010
NAMA KELURAHAN
|
2007
|
|
2008
|
|
2009
|
|
2010
|
|
|
JML
|
SEMBUH
|
JML
|
SEMBUH
|
JML
|
SEMBUH
|
JML
|
SEMBUH
|
Way Laga
|
14
|
14
|
9
|
9
|
11
|
11
|
14
|
14
|
Way Gubak
|
10
|
10
|
5
|
5
|
3
|
3
|
2
|
2
|
Pidada
|
13
|
13
|
15
|
15
|
11
|
11
|
17
|
17
|
jumlah
|
37
|
37
|
29
|
29
|
25
|
25
|
33
|
33
|
3. Poliomelitis
Pada Tahun 2007 s/d Tahun 2010 belum pernah ditemukan kasus tersebut
4. AFP
Pada Tahun 2007 s/d 2010 belum pernah ditemukan penyakit tersebut
walaupun pernah ada laporan dari warga pidada yang mengatakan ada warganya yang
Lumpuh Layu Mendadak , Namun setelah kami lakukan Investigasi ternyata bukan
kasus AFP
5. HIV dan AIDS
Sejak Tahun 2007 s/d 2010 belum pernah ditemukan penderita yang posif
menderita HIV dan AIDS ,namun hanya kasus Infeksi Kelamin seperti GO
6. Campak
Kasus Penyakit Campak di
Puskesmas Way Laga sejak tahun 2007 s/d 2010 adalah
-
Tahun 2007 :
4 Kasus
-
Tahun 2008 :
2 Kasus
-
Tahun 2009 :
2 Kasus
-
Tahun 2010 :
1 Kasus
7. Pneumonia
Penemuan Kasus Penyaki
Pneumonia di Puskesmas Way Laga dari Tahun 2007 s/d 2010 adalah
-
Tahun 2007 :
39 Kasus
-
Tahun 2008 :
42 Kasus
-
Tahun 2009 :
129 Kasus
-
Tahun 2010 :
195 Kasus
Kecacingan
Penyakit
kecacingan banyak menyerang balita dan anak usia sekolah. Sepanjang tahun 2010
tercatat 40 % kasus kecacingan klinis dari 200 balita. Kasus kecacingan erat
hubungannya dengan status gizi balita dan prestasi belajar disekolah.
c.
Penyakit Tidak menular
Penyakit
tidak menular yang banyak ditemukan di wilayah kerja puskesmas Way Laga adalah
hipertensi, penyakit gigi dan mulut, dan penyakit sistem otot dan jaringan
ikat.
Hipertensi
Penyakit
hipertensi cukup banyak ditemukan di tahun 2010, yaitu sebesar 198 kasus.
Penyakit degeneratif ini telah memasuki sepuluh pola penyakit terbesar di
puskesmas. Angka ini tak jauh berbeda dibandingakn dengan tahun sebelumnya. 112
kasus.
Penyakit
gigi dan mulut
Sepanjang
tahun 2010 ditemukan kasus penyakit
gigi dan mulut, meliputi karies
dentis, abses dan stomatitis aptosa.
3.
Status Gizi Masyarakat
2.1.1
STATUS GIZI
1.
Status Gizi Balita
NO
|
KEGIATAN
|
2007
|
2008
|
2009
|
|
2010
|
|||
SPM%
|
CAK
|
SPM%
|
CAK
|
SPM%
|
CAK
|
SPM%
|
CAK
|
||
1
|
Balita Naik
Berat Badanya
|
80
|
88,9
|
80
|
88,5
|
80
|
81,6
|
80
|
88,3
|
2
|
Cakupan Balita
BGM
|
<19
|
0,7
|
<18
|
0,8
|
<17
|
0,8
|
<16
|
0,4
|
3
|
Balita Mendapat
Vit A 2x
|
85
|
99,3
|
86
|
95
|
87
|
90
|
90
|
92
|
4
|
Bumil mendapat
tablet FE
|
90
|
90
|
92
|
90
|
90
|
90
|
90
|
91
|
5
|
Pemberian MPASI
bayi BGM
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
6
|
Balita Gizi
Buruk mendapat perawatan
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
7
|
Kelurahan
mengalami KLB ditangani
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
8
|
Kelurahan rawan
gizi
|
65
|
65
|
70
|
70
|
70
|
70
|
70
|
70
|
9
|
Bayi ASI
Eklusif
|
68
|
60
|
70
|
65
|
74
|
68
|
80
|
68
|
10
|
Kelurahan dengan garam yodium baik
|
90
|
100
|
90
|
100
|
90
|
100
|
90
|
100
|
11
|
WUS dengan
Kapsul Yodium
|
70
|
0
|
70
|
0
|
70
|
0
|
70
|
0
|
4.
Kemampuan daya beli masyarakat
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009 indeks daya beli masyarakat Kota Bandar
Lampung sebesar 610,02% jauh di atas rata-rata indeks daya provinsi Lampung
sebesar 617,42%.
5. Jumlah peserta jaminan kesehatan
Jumlah
penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Way Laga Kecamatan Panjang adalah 33.247
jiwa., 29,9 %nya adalah penduduk miskin yaitu sekitar 10.129 sedangkan yang
terjamin kesehatannya melalui ansuransi kesehatan (jamkesmas) adalah 9855 jiwa,
berarti masih ada masyarakat miskin yang belum memiliki jaminan kesehatan.
Secara khusus pelayanan
bagi masyarakat miskin di Puskesmas dikembangkan dengan adanya program jaminan
kesehatan masyarakat (jamkesmas), pecakupan pelayanan bagi masyarakat miskin di
Puskesmas terus meningkat terutama sejak tahun 2008 dengan berkembanganya asuransi
jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin oleh Pemerintah hal ini dilihat dari
jumlah kunjungan pasien miskin yang dilayani serta pembiayaan pelayanan sejak
tahun 2008. Setiap bulannya sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 terjadi
peningkatan rata-rata layanan pasien miskin sebesar 4%
a.
Jejaring puskesmas sebagai sumber rujukan.
I.
BALAI PENGOBATAN
-
Balai pengobatan Tio
-
Balai pengobatan Sumber Mitra
-
Balai pengobatan Kosasih
II.
DOKTER PRAKTEK
-
Kelurahan Pidada 1 dokter
III.
BIDAN PRAKTEK
-
Kelurahan
Way Laga 1
-
Kelurahan Pidada 1
2.Peraturan Perundang-undangan
Lahirnya Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara beserta peraturan
pelaksanaannya membuka koridor baru dalam pengelolaan keuangan pada puskesmas
yang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum. Hal ini merupakan peluang bagi puskesmas
khususnya dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatannya melalui
fleksibilitas pengelolaan keuangan yang diberikan melalui peraturan-peraturan
tersebut.
Atas dasar pengukuran
data eksternal yang diuraikan di atas, selanjutnya data pengukuran dijadikan
obyek analisis pada masing‑masing perspektif sebagai peluang atau ancaman bagi puskesmas
dengan kesimpulan sebagai berikut:
|
|
Peluang
|
Ancaman
|
||||
|
|
1
|
2
|
3
|
- 1
|
- 2
|
- 3
|
A
|
KEBUTUHAN PELANGGAN TERHADAP PROVIDER
KESEHATAN
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Angka
Kesakitan
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Kemampuan
Daya Beli Masyarakat
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Jumlah
Peserta Jaminan Kesehatan
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Jejaring
Puskesmas Sebagai Sumber Rujukan
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Sub Jumlah
|
6
|
-
|
||||
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
||||
B
|
KEKUATAN PESAING
|
-
|
-
|
-
|
-1
|
|
|
|
Sub Jumlah
|
-
|
- 1
|
||||
C
|
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Sub Jumlah
|
2
|
-
|
||||
|
Jumlah
|
8
|
- 1
|
C. Posisi Puskesmas
Way Laga
Atas dasar hasil
analisis lingkungan internal dan eksternal menunjukkan posisi Puskesmas Rajabasa
berada tepat di garis yang memisahkan kuadran I dan kuadran II.
PELUANG
|
KEKUATAN
|
KELEMAHAN
|
ANCAMAN
|
Posisi puskesmas
tersebut menggambarkan bahwa puskesmas memiliki peluang cukup besar untuk
meraih pangsa pasar yang sangat potensial di Kotamadya Bandar Lampung. Peluang
tersebut akan dapat dicapai apabila puskesmas mengoptimalkan kekuatan yang
telah dimiliki dan mengatasi beberapa kelemahan utama seperti pada ketersediaan
SDM, sarana dan prasarana, kualitas pelayanan dan promosi/ pemasaran.
Diharapkan
dengan adanya perencanaan strategis bisnis dan pelaksanaannya secara konsisten,
Puskesmas rajabasa mampu untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam rangka memuaskan harapan masyarakat dan stakeholders.
D.
Faktor-faktor Kunci Keberhasilan
Dari hasil analisis SWOT di
atas, dapat dikemukakan lima
faktor kunci keberhasilan, sebagai berikut:
1. Adanya fleksibilitas pengelolaan keuangan dengan tetap
memperhatikan aspek pengendalian internal yang berpihak pada kepentingan
pasien.
2. Menerapkan standar pelayanan minimum, meliputi standar input,
standar output dan standar mutu secara konsisten sesuai kaidah ilmu kedokteran
klinik dan standar yang ditetapkan oleh departemen teknis terkait serta
melakukan evaluasi kinerja mutu pelayanan secara periodik dengan mengembangkan
sistem pengukuran data kinerja secara bertahap.
3.
Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan puskesmas yang ada dalam
memecahkan persoalan‑persoalan elementer puskesmas melalui pendidikan dan
pelatihan.
4.
Penataan kelembagaan dengan memperjelas peran dan komitmen
semua komponen puskesmas yang berfokus pada peningkatan mutu layanan serta
mengembangkan budaya kerja organisasi yang dilandasi etika kerja sesuai pedoman
perilaku yang telah ditetapkan.
5.
Pemanfaatan pendanaan subsidi pemerintah secara efisien untuk
memicu peningkatan mutu layanan.
BAB IV
ARAH BISNIS PUSKESMAS WAY LAGA
A. VISI
’Terwujudnya
Pelayanan Puskesmas yang optimal dengan bertumpu pada
Pelayanan
Prima dan Pemberdayaan Masyarakat Mendukung Indonesia Sehat 2015’
B. MISI
1. Menyelenggarakan Pembangunan yang berwawasan Kesehatan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dengan berorientasi pada kepuasan pasien.
3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga kelompok dan masyarakat beserta lingkungannya.
6. Menerapkan system manajemen yang
professional, transparan dan akuntable.
7. Menbangun Puskesmas dengan konsep
nyaman, aman dan homy
8. Meningkatkan sumber daya manusia.
9. Menggalang kemitraan dengan semua
pihak dan pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan produktif.
C. Strategis
Meningkatkan
profesionalisme sumber daya manusia untuk mencapai kemandirian puskesmas.
Pernyataan misi tersebut menunjukkan
perhatian yang seimbang terhadap seluruh aspek puskesmas, yaitu :
a. Perspektif keuangan,
yang dicerminkan dengan kemandirian puskesmas
b. Perspektif pelanggan, yang dicerminkan dengan menjadi
puskesmas yang terpercaya dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Perspektif proses
bisnis internal, yang dicerminkan
dengan menjadi puskesmas yang unggul dalam pelayanan masyarakat khususnya ibu dan anak..
d. Perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran, yang dicerminkan dengan SDM yang profesional,
sehingga senantiasa berupaya meningkatkan keahlian dan profesionalitas pegawai.
D. Kebijakan dan Sasaran Strategis
Strategi puskesmas sejalan dengan visi Pemerintah pusat mendukung pencapaian MDGs danmendukung
visi dinas kesehatan bandar lampung yaitu, terwujudnya derajat kesehatan masyarakat bandar lampung yg optimal thn
2015.
1.1 Perspektif
Pelanggan
Berdasarkan data historis 5 tahun kondisi
pelanggan Puskesmas Rajabasa menunjukkan kecenderungan customer loyality meningkat setiap tahunnya. Untuk meningkatkan customer acquisition dan mempertahankan customer loyality dan mempertimbangkan
peluang yang ada, puskesmas menetapkan beberapa sasaran strategis dan target
sebagai berikut:
a. Meningkatnya kepuasan pasien, dengan indikator beserta target
kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Kunjungan Pasien
|
|
- Customer Acquisition
|
50%
|
- Customer Loyality
|
75%
|
Indeks Kepuasan Pasien
|
80%
|
Tingkat Keluhan Yang Ditangani
|
100%
|
b. Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat miskin, dengan indikator beserta target
kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Prosentase masyarakat miskin yang
dilayani:
|
|
- Jamkesmas
|
100%
|
- Jamkesda
|
100%
|
- Askes
|
100%
|
|
|
1.2 Perspektif Proses
Bisnis Internal
Perspektif
proses bisnis internal menjadi tumpuan utama bagi puskesmas agar pelayanan
prima dapat diberikan kepada pelanggan. Sasaran strategis dan target yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya mutu layanan puskesmas
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
kunjungan ibu hamil K-4
|
95%
|
komplikasi kebidanan yang
ditangani
|
80%
|
pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan
|
90%
|
pelayanan nifas
|
90%
|
neonatus dengan
komplikasi yang ditangani
|
80%
|
kunjungan bayi
|
90%
|
atau kelurahan Universal
Child Immunization (UCI)
|
100%
|
Pelayanan anak balita
|
100%
|
balita gizi buruk
mendapat perawatan
|
100%
|
Pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
|
100%
|
balita gizi buruk
mendapat perawatan
|
100%
|
penjaringan
kesehatan siswa SD dan setingkat
|
80%
|
peserta KB aktif
|
70%
|
Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit, meliputi penyakit
Acute Flaccid Paralysis (AFP)
|
<15 per 100.000 pend/th
|
Penderita pneumonia balita
|
100%
|
Pasien baru TB BTA positif
|
85%
|
Penderita DBD yg ditangani
|
100%
|
Pelayanan kesehatan rujukan
|
100%
|
desa/
kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam
|
100%
|
Promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat: Cakupan desa
siaga aktif
|
100%
|
b. Meningkatnya status puskesmas dengan indikator beserta target
kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Penetapan PUSKESMAS sebagai BLUD
|
Tahun 2012
|
Peningkatan jumlah kunjungan puskesmas
|
Tahun 2016
|
1.3 Perspektif Pertumbuhan
dan Pembelajaran
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
berkaitan dengan penyediaan dan pengembangan SDM, komitmen SDM, serta penyediaan infrastruktur puskesmas.
Sasaran strategis dan target yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
a.Meningkatnya kecukupan
tenaga kesehatan, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai
berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Rasio tenaga kesehatan:
|
|
- Tenaga medis
|
4
|
- Tenaga keperawatan
|
15
|
- Tenaga penunjang medis
|
12
|
- Tenaga non medis
|
10
|
b.Meningkatnya kemampuan dan keahlian SDM, dengan indikator beserta target
kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Jumlah pegawai
yang mengikuti diklat teknis dan tugas belajar:
|
100%
|
- Tenaga medis
|
100%
|
- Tenaga keperawatan
|
100%
|
- Tenaga penunjang medis
|
100%
|
- Tenaga non medis
|
100%
|
- Manajemen
|
100%
|
c. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur pelayanan kesehatan puskesmas, dengan indikator beserta target
kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Ketersediaan
peralatan:
|
|
- Kelengkapan peralatan
|
90%
|
- Prosentase peralatan dikalibrasi
|
100%
|
- Kondisi Peralatan Baik
|
80%
|
Ketersediaan
ruangan
|
100%
|
1.4 Perspektif Keuangan
Untuk perspektif keuangan, sasaran
strategis dan target yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya tingkat kemandirian puskesmas, dengan indikator beserta target
kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
|
Target Kinerja
|
Sales Growth Rate
(SGR)
|
50% per tahun
|
Cost Recovery Rate
(CRR)
|
80%
|
Tingkat kemandirian Puskesmas
|
75%
|
BAB V
STRATEGI BISNIS
Strategi bisnis merupakan upaya-upaya yang
dilakukan puskesmas untuk mencapai sasaran
strategis yang ditetapkan.
Upaya-upaya tersebut dilakukan
dengan menyusun
program-program kerja yang
direncanakan dengan memperhatikan
kekuatan sumber dana yang
dimiliki. Program kerja
yang diarahkan pada
pencapaian sasaran strategis
dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Program Kerja
Penetapan Program Kerja
merupakan bagian dari tahap formulasi strategi dalam upaya pencapaian arah
bisnis puskesmas yang telah ditetapkan pada Bab IV. Adapun secara sistematis program-program kerja
diarahkan pada pencapaian
keberhasilan yang mendukung
sasaran strategis dalam empat perspektif BSC sebagai berikut:
1. Perspektif Pelanggan
Program
dalam perspektif pelanggan diarahkan untuk meningkatkan kepuasan kepada
pelanggan. Beberapa program dimaksud merupakan program lokalitas kewenangan UPTD,
sebagai berikut:
a. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
b. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin.
2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Program
dalam perspektif proses bisnis internal diarahkan untuk meningkatkan pelayanan
kepada pelanggan. Program-program dimaksud dalam perspektif ini merupakan
merupakan program lokalitas kewenangan UPTD, sebagai berikut:
a. Program Upaya Kesehatan Masyarakat – KIA dan Pelayanan
kesehatan dasar
b. Program Perbaikan
gizi Masyarakat
c.
Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular
- Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
- Program pencegahan dan penanggulangan penyakit endemis
- Program pelayanan kesehatan akibat gizi buruk
3. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Program-program dalam perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran diarahkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan akan ketersediaan tenaga kesehatan dan ketersediaan infrastruktur
pendukung pelayanan. Program-program tersebut adalah sebagai berikut:
Program dan
Kegiatan Lokalitas Kewenangan UPTD
1) Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Puskesmas
2) Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana puskesmas
3) Program Pengembangan Sumber daya
manusia- Kesehatan
.
4. Perspektif Keuangan
Program dalam
perspektif keuangan selain diarahkan untuk mendukung penyediaan pelayanan, juga
diarahkan kepada upaya-upaya untuk mencapai kemandirian puskesmas khususnya
dalam hal pembiayaan belanja operasional terkait pelayanan dan peningkatan
akuntabilitas keuangan dan kinerja kepada merintah dan masyarakat. Program-program dalam perspektif ini
merupakan merupakan program lokalitas kewenangan UPTD, yaitu sebagai berikut:
a. Program Manajemen Pelayanan Kesehatan.
B. Kerangka Pembiayaan Lima Tahun
Program‑program kerja yang diarahkan pada
pencapaian sasaran strategis didukung dengan kerangka pembiayaan meliputi
proyeksi pembiayaan belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kerangka pembiayaan lima tahun secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran.