Jumat, 02 Mei 2014

Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Way Laga


BAB  I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang             
Rencana Strategis Bisnis (RSB) adalah suatu dokumen perencanaan yang harus dibuat oleh setiap organisasi yang mencari laba maupun yang nirlaba. Puskesmas Way Laga sebagai puskesmas milik Pemerintah Kotamadya Bandar Lampung  juga harus memiliki RSB sebagai syarat agar bisa ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Lingkungan bisnis yang terus berubah memerlukan pengelolaan perubahan yang dapat memetakan pengaruh kekuatan‑kekuatan terhadap arah organisasi. Pemetaan kekuatan-kekuatan tersebut, akan dijadikan bahan penyusunan dokumen perencanaan yang diharapkan benar‑benar mampu menampung berbagai kepentingan dan pengetahuan antisipatif sebagai dasar penetapan keputusan strategis dalam rangka pencapaian visi organisasi.
Dalam upaya mewirausahakan puskesmas maka perubahan Puskesmas Way Laga menjadi BLUD adalah sangat tepat. Fleksibilitas yang diberikan akan menjadikan puskesmas secara leluasa merencanakan alokasi sumber daya, sesuai dengan perubahan kondisi puskesmas itu sendiri. Diharapkan  Puskesmas Way Laga akan dapat tumbuh, efisien dalam pengelolaan keuangan dan bahkan bersaing menjadi mandiri sesuai dengan arah bisnis yang ditetapkan dalam dokumen RSB. Tentu saja dengan catatan semua pihak berhak dan wajib berkomitmen agar dokumen perencanaan ini tidak hanya sekadar dokumen kelengkapan administrasi saja.



B. Tujuan
Beberapa tujuan yang hendak dicapai atas penyusunan RSB di antaranya adalah:
1.   Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas
2.   Tersedianya sistem adminstrasi dan pelaporan puskesmas yang baik.
3.   Tersedianya sarana dan prasarana yang layak dan cukup
4.   Tersedianya pedoman alat pengendalian organisasi terhadap penggunaan anggaran.
5.   Untuk menyatukan langkah dan gerak serta komitmen seluruh insan puskesmas dalam meningkatkan kinerja sesuai standar manajemen dan standar mutu layanan yang telah ditargetkan dalam dokumen perencanaan.

C. Pengertian dan Ruang Lingkup
Renstra Strategis Bisnis (RSB) adalah dokumen yang mencerminkan adanya proses berkelanjutan dan sistematis dari pembuatan keputusan bisnis di bidang penyediaan jasa layanan kesehatan dengan memanfaatkan sebanyak‑banyaknya pengetahuan antisipatif, mengorganisasikannya untuk usaha‑usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder (pihak terkait) Puskesmas.
RSB memiliki kerangka waktu 5 tahun mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, yang akan dijabarkan ke dalam masing-masing pusat pertanggungjawaban pada unit‑unit pelayanan yang ada.
D. Konsep Dasar
Pengelolaan keuangan dan non keuangan pada entitas bisnis merupakan sebuah siklus yang terus berlangsung dalam organisasi. Siklus tersebut diawali dengan aktivitas perencanaan, pengukuran, evaluasi, dan pelaporan yang akan dijadikan umpan balik untuk perencanaan berikutnya. Pengelolaan pelayanan kesehatan pada puskesmas menuntut kecermatan, keakuratan dan kecepatan pengambilan keputusan karena menyangkut kepentingan hidup-matinya pasien. Oleh karena itu perencanaan puskesmas memiliki fleksibilitas dan elastisitas relatif tinggi yang mensyaratkan pemenuhan implementasi siklus tersebut dalam pelaksanaan pengelolaan kinerjanya.
Kedudukan RSB di antara seluruh proses manajemen kinerja dapat dilihat pada gambar di bawah ini:






E. Metodologi
RSB disusun oleh suatu kelompok kerja dengan memanfaatkan dokumen‑dokumen yang tersedia, pengamatan, dan wawancara. Kelompok Kerja tersebut terdiri dari seluruh komponen yang memiliki kompetensi perencanaan. Seluruh isi materi RSB telah ditelaah dan dibahas secara transparan dengan menggunakan kaidah‑kaidah profesi yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari kelompok kerja.
Penyusunan RSB memperhatikan sejarah puskesmas, aspek legal, lokasi dan isu strategis yang sedang berkembang. Potensi yang dimiliki digali dari lingkungan baik internal maupun eksternal, posisi puskesmas dan diidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilannya. Keinginan para pemangku kepentingan diapresiasi menjadi arah bisnis atau mau dibawa ke mana organisasi puskesmas. Arah itu tercermin dalam visi, misi dan strategi. RSB disusun dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard (BSC). BSC adalah alat yang menyediakan bagi para pimpinan pengukuran secara komprehensif bagaimana organisasi mencapai kemajuan lewat sasaran-sasaran strategisnya. Metode ini secara komprehensif memandang pada empat perspektif meliputi :
1.   Perspektif Pelanggan/stakeholder
2.   Perspektif Proses Bisnis Internal
3.    Perspektif Keuangan
4.   Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Setiap perspektif yang ada harus menunjukkan cause-effect relationship sehingga masing-masing dapat dihubungkan dengan misi yang akan dicapai. Adapun kaitan masing-masing perspektif  dapat dijelaskan sebagai berikut
1)     Perspektif Pelanggan. Perspektif ini menunjukkan seperti apa puskesmas di mata   pelanggan. Pelanggan mempunyai kemampuan teknis melihat puskesmas dari berbagai sisi: waktu, kualitas, kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh pelayanan. Dimensi kebutuhan pelanggan yang demikian pada akhirnya akan menentukan   bagaimana perusahaan dilihat oleh pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan, semakin baik pula  nilai  puskesmas di mata pelanggan.
2)     Perspektif Proses Bisnis Internal. Ukuran ini menunjukkan  dalam proses pelayanan seperti apa  puskesmas akan lebih baik. Orientasi kepada pelanggan memang mutlak, akan tetapi permasalahan bagi manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan kompetensi yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
3)     Perspektif Keuangan. Perspektif ini menunjukkan bagaimana puskesmas dilihat oleh pemerintah daerah baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dalam mengelola keuangan.  Puskesmas bisa defisit pada waktu tertentu, akan tetapi pemerintah daerah menyadari bahwa setelah itu puskesmas akan surplus. Semakin baik puskesmas di mata pemerintah daerah, semakin aman puskesmas memperoleh sumber pembiayaan.
4)     Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Perspektif ini menunjukkan bagaimana puskesmas dapat bertahan dan mampu berubah sesuai dengan tuntutan eksternal.
Pendekatan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pertanggungjawaban dengan menggunakan Strategic Based Responsibility, yang berarti seluruh unit layanan yang ada di Puskesmas Way Laga diukur kinerja berdasarkan perspektif tersebut.




BAB II
PROFIL PUSKESMAS WAY LAGA


A. Sejarah Puskesmas Way Laga
Puskesmas Way Laga adalah Puskesmas yang terletak di Jl.Ir Sutami Km 7 Kecamatan Sukabumi .Puskesmas Way Laga didirikan pada Tahun 1983 dan pada waktu berdirinya Puskesmas Way Laga adalah berupa Puskesmas Pembantu dengan wilayah kerja kelurahan way laga , dan pada waktu itu Puskesmas Pembantu Way Laga masih merupakan bagaian dari Wilayah Puskesmas Panjang,
Namun dengan seiringnya perkembangan Kota Bandar Lampung Pada Tahun 1987 Puskesmas Way Laga ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas Induk dengan wilayah kerja :
a.    Kelurahan Way Laga
b.    Kelurahan Way Lunik
c.    Kelurahan Way Gubak
d.    Kelurahan Ketapang
Dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai Puskesmas Induk,Puskesmas Way Laga mempunyai dua Puskesmas Pembantu Yaitu :
a.    Pustu Pidada (didirikan Tahun 1987 )
b.    Pustu Way gubak ( didirikan Tahun 1987 )
Namun Pada Tahun 2003 Terjadi lagi Pemekaran Wilayah di Kota Bandar lampung dan Puskesmas Way Laga juga terkena imbas dari pemekaran wilayah tersebut sehingga wilayah kerja Puskesmas Way Laga hingga saat ini adalah :
a.    Kelurahan Way Laga
b.    Kelurahan Pidada
c.    Kelurahan Way Gubak
Puskesmas Way Laga masih mempunyai 2 Pustu yaitu :
a.    Pustu Pidada
b.    Pustu Way Gubak
Pada Tahun 2013 Terjadi Lagi Pemekaran Kecamatan di wilayah Kota Bandar Lampung dan Puskesmas Way Laga mendapat wilayah kerja 2 Kelurahan yaitu :
a.    Kelurahan Way Laga
b.    Kelurahan Way Gubak
Dalam melaksanakan kegiatannya puskesmas way laga mempunyai satu Puskesmas Pembantu Yaitu Puskesmas Pembantu Way Gubak serta dibantu 2 Poskeskel yaitu :
a.    Poskeskel Way Laga
b.    Poskeskel Way Gubak

PIMPINAN
Dalam menjalankan kegiatan Manajemen di Puskesmas Way Laga telah beberapa kali berganti pemimpin Adapun pemimpin tersebut adalah :
a.    H. Kosasih                                                          Tahun 1987 s/d 1989
b.    Dr.Bargiyah Ramli                                             Tahun 1989 s/d 1990
c.    Dr. Harun Akib                                                   Tahun 1990 s/d 1992
d.    Dr. Sabur Nugroho                                            Tahun 1992 s/d 1993
e.    Dr. A.Zaheri As                                                   Tahun 1993 s/d 1995
f.     Dr. Bramantono                                                  Tahun 1995 s/d 1997
g.    Dr.Sofie Puji Astuti                                            Tahun 1997 s/d 1999
h.    Dr. Natalia Wahyudi                                          Tahun 1999 s/d 2000
i.      Dr.Hendriyanto                                                   Tahun 2001 s/d 2002
j.      Dr.Viktory Firdaus                                              Tahun 2002 s/d 2003
k.    Dr.Djohan Lius                                                   Tahun 2003 s/d 2005
l.      Drg.Meri Farida                                                  Tahun 2005 s/d Sekarang

Puskesmas Way Laga didirikan diatas tanah seluas 800 m2 dengan luas  bangunan 400 m2. Sarana yang tersedia meliputi fasilitas sarana pelayanan langsung (medis dan keperawatan) dengan tidak langsung (penunjang medis) Kegiatan yang direncanakan adalah kegiatan upaya kesehatan wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib ini harus di selenggarakan oleh Puskesmas Way Laga yaitu
    1. Upaya Promosi Kesehatan ( penyebarluasan informasi kesehatan )
    2. Upaya Kesehatan Lingkungan
    3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta KB
    4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
    5. Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular
    6. Upaya pengobatan (BP Umum, BP Gigi dan KIA)

Selain dari upaya wajib juga ada upaya kesehatan pengembang yaitu :
  1. Kesehatan Jiwa
  2. Kesehatan mata dan pencegahan kebutaan
  3. Kesehatan telinga dan pencergahan ketulian
  4. Kesehatan Usia Lanjut
  5. Kesehatan Kerja
  6. Kesehatan Olah Raga
  7. Kesehatan Matra
  8. Pembinaan pengobatan tradisional
  9. Laboratorium sederhana
  10. Penyuluhan obat
  11. Rekam Medik

Adapun kegiatannya dilaksanakan didalam maupun di luar gedung puskesmas.

B. Aspek Legal
Organisasi puskesmas ini diselenggarakan berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Bandar Lampung Nomor 38Tahun 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kotamadya Bandar lampung.  
Sesuai  SK Walikota Bandar Lampung no 5 tahun 2003, tertanggal 26 maret 2003 tentang penetapan puskesmas induk dan puskesmas pembantu.
Sebagai puskesmas besarnya tarif pelayanan mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 05 tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.di Puskesmas Bandar Lampung. Tapi sejak dikeluarkannya SK Walikota no 7 /IV.41/HK/2012 pelayanan di puskesmas dilakukan secara gratis.
 C. Lokasi Bisnis
Puskesmas Way Laga terletak di Jalan Ir. Sutami Km 7 ,yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Way Laga Kota Bandar lampung. Lalu lintas utama di daerah tersebut terdapat di jalan Ir. Sutami yang terletak di dekat puskesmas. Yang merupakan lalu lintas 2 arah yaitu dari utara ke selatan dan sebaliknya,dengan intensitas pemakaian tinggi.
. LUAS WILAYAH PUSKESMAS WAY LAGA
Luas wilayah puskesmas Way Laga 1247 Ha yang tersebar di  kelurahan dengan rata-rata kepadatan penduduk  sebesar 26,67 jiwa / Ha.
LUAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAY LAGA
No
Kelurahan
Luas wilayah/ Ha
Jumlah penduduk
Jumlah KK
Kepadatan penduduk / Ha
Ket
1
Way Laga
681 Ha
6.903
1.586



2
Way Gubak
566 Ha
3.404
   782










JUMLAH
1247 Ha
10.307
2.268



Pada tahun 2013 ini jumlah penduduk diwilayah kerja puskesmas Way Laga 10.307 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 2.268 KK.
Adapun jejaring Puskesmas Way Laga kecamatan Panjang :
  1. Puskesmas Way Laga adalah Puskesmas induk dan mempunyai 1 Puskesmas Pembantu yaitu :
-          Puskesmas pembantu        : Way Gubak
  1. Pos kesehatan kelurahan ( POSKESKEL )
-          Pos kesehatan kelurahan  : Way Laga
-          Pos kesehatan kelurahan : Way Gubak
  1. Pos pelayanan terpadu ( POSYANDU )
-          Kelurahan Way Laga          : 7 posyandu
-          Kelurahan Way Gubak       : 6 posyandu
  1. Pos Lansia
-          Kelurahan Way Laga          : 1 posyandu
-          Kelurahan Way Gubak       : 1 posyandu

D. Isu‑isu Strategis Pelayanan Puskesmas
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kotamadya Bandar Lampung berdasarkan data BPS Kotamadya BandarLampung tahun 2013  sebesar 75,7% . Untuk menaikkan IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan kesejahteraan rakyat, Pemerintah Kotamadya Bandar Lampung bertekat membenahi kebijakan maupun program-program di bidang kesehatan. Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan menerapkan Puskesmas Way Laga dari PPK BLUD bertahap menjadi PPK BLUD (Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah) Penuh pada tahun 2014. Namun usaha itu juga tidak lepas dari peran serta masyarakat dan pemerintah daerah sebagai pemilik puskesmas.
Peran pihak swasta dalam pelayanan kesehatan sangat penting. Klinik swasta di samping sebagai mitra bagi pemerintah daerah sekaligus juga sebagai pesaing bagi pemerintah daerah. Apabila prestasi puskesmas pemerintah sampai di bawah klinik swasta, maka hal itu menunjukkan puskesmas kurang berhasil dalam menjalankan misinya.
Usaha puskesmas akan semakin ketat dalam persaingan, bukan hanya pelaku usaha nasional tapi juga asing akan berebut pasar di Indonesia. Persaingan ini tentu saja bukan sekedar mengenai jumlah pelaku usaha yang akan masuk, namun juga tentang kemajuan teknologi, kualitas SDM hingga strategi pemasaran yang akan dipertarungkan untuk memperebutkan pasar potensial masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas.
Pendapatan fungsional yang terus meningkat belum diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang profesional. Selain itu, pola tarif pelayanan yang belum memperhitungkan biaya satuan (unit cost) menyebabkan pelayanan kurang optimal.




BAB  III
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS



A. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Tiga Tahun Terakhir
Puskesmas Way Laga adalah salah satu unit pelayanan kesehatan di wilayah Kecamatan Panjang Kotamadya Bandar Lampung. Namun demikian derajat kesehatan masyarakat masih di bawah harapan, yang ditunjukkan dengan masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia. Untuk mengangkat IPM tersebut, salah satu upaya yang harus  dilakukan adalah meningkatkan peran puskesmas Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan baik yang mendukung maupun yang menghambat. Setidaknya rumah puskesmas lebih diuntungkan, karena sebagian anggaran belanja puskesmas masih ditopang dari subsidi pemerintah, hampir seratus prosen infrastruktur dan belanja pegawai yang sebagian besar PNS daerah dibayar dari APBN dan APBD.
Untuk mengukur kinerja puskesmas digunakan beberapa indikator yang dapat mewakili penilaian pada masing‑masing perspektif BSC. Kerangka indikator kinerja yang digunakan dibatasi pada ketersediaan data. Dimungkinkan adanya indikator‑indikator lainnya yang lebih tepat digunakan dalam menilai kinerja puskesmas, namun hal itu belum dapat disajikan dalam  masing‑masing unit kerja yang bermanfaat dalam proses penyusunan program dan kegiatan pada setiap penyusunan anggaran tahunan.
Suatu perancangan yang baik selalu didasarkan pada kondisi obyektif lingkungan sebagai bahan evaluasi untuk proyeksi rencana. Sampai sejauh mana pengaruh lingkungan bisnis terhadap kinerja, agresivitas, pertumbuhan, daya saing dan budaya kerja pada Puskesmas Way Laga maka akan diuraikan analisis lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut:
B. Analisis Lingkungan Internal
1.1   Perspektif Pelanggan
Salah satu kinerja pelayanan adalah bagaimana memperoleh gambaran dari perilaku pelanggan. Terdapat tiga indikator yang dapat menunjukkan perilaku pelanggan, yaitu:
a.     Customer Acquisition. Indikator ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana "pasien baru" menggunakan jasa layanan yang disediakan. Berdasarkan data historis 3 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan kinerja. Rata‑rata kunjungan pasien baru mencapai 29,3.% per tahun dengan jumlah kunjungan tertinggi pada tahun 2012  mencapai 29%  Perkembangan jumlah kunjungan pasien baru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tahun
Pasien Baru
Total Pasien
%
2011
1567
22.142
28
2012
1721
24.345
29
2013
879
19675
31,1
Rata-rata
4167
66162
29,3

b.     Customer Loyality. Indikator ini bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana puskesmas mampu mempertahankan pasien lama (kunjungan ulang) untuk menggunakan jasa layanan yang disediakan. Berdasarkan data historis 3 tahun terakhir rata‑rata 70.6% dengan kunjungan pasien lama terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 68,9% dan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 72%. .
Perkembangan kunjungan pasien lama dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tahun
Pasien Lama
Total Pasien
%
2011
20575
22.142
72
2012
22624
24.345
71
2013
18796
19675
68,9
Rata-rata
61995
66162
70,6
c.    Keluhan Pasien. Indikator ini untuk mengukur sampai sejauh mana kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan. Data survei kepuasan pelanggan yang tersedia hanya pada tahun 2010
Surve tentang kepuasan pelanggan terakhir dilakukan pada tahun 2010  dengan menyediakan layanan keluhan pelanggan baik melalui kotak saran, surat kabar, maupun layanan pesan singkat (SMS). Sampai dengan bulan Desember 2011, terdapat 10 keluhan dari pasien dan seluruhnya (75%) telah direspon dan dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, pihak manajemen secara mandiri telah melakukan survei mutu pelayanan dengan metode sampling terhadap 50 pasien. Hasil survey tersebut menyimpulkan bahwa mutu pelayanan Puskesmas Way Laga masih belum baik.
Dari ketiga indikator berkenaan dengan perspektif pelanggan menunjukkan indikasi yang masih belum menguntungkan posisi puskesmas.
1.2   Perspektif Proses Bisnis Internal
Kinerja pelayanan juga dapat diukur dari aspek teknis yang diharapkan dari tujuan (goal) pelayanan medis, yang meliputi kualitas mutu pelayanan (quality of services).
a.         Quality Of Services
Kualitas  mutu layanan puskesmas mengacu pada SPM
Rincian lengkap bisa diliat di table lampiran.


Tahun
Evaluasi kinerja
2011
62%-
2012
61.8%
2013
63,72%
Rata-rata
62,5%
Perspektif proses bisnis internal yang diukur dari  quality of service menunjukkan kinerja yang sangat baik, yaitu sesuai dengan standar nacional. Dengan demikian Puskesmas  Way Laga dapat memberikan mutu pelayanan seperti harapan masyarakat.
1.4   Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Dalam pencapaian mutu layanan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, dibutuhkan upaya manajemen dalam penyediaan sumber daya pelayanan utamanya dari aspek sumber daya manusia dan infrastruktur. Dalam perspektif ini terdapat empat aspek yang dinilai, yaitu:
a.      Penyediaan Sumber Daya Manusia
Puskesmas Way Laga senantiasa menempatkan sumber daya manusia pada posisi sentral dalam pengelolaannya. Sebab keberhasilan pengelolaan SDM merupakan salah satu kunci sukses dalam upaya memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Oleh karenanya, seluruh aspek terkait dengan sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
Puskesmas Way Laga memiliki 1 puskesmas pembantu sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan membantu pelaksanaan program menuju tercapainya visi dan misi puskesmas.

A. Kegiatan Pengelolaan SDM
            Saat ini tengah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan fungsi manajemen; Penyempurnaan Sistem pengelolaan aset; pengembangan kompetensi dan pembinaan karir; Penyempurnaan Sistem Reward and punishment; Pengembangan SDM diprioritaskan  pada pendidikan SDM yang mempunyai daya ungkit yang signifikan terhadap kemajuan Puskesmas berdasarkan prestasi, kompetensi & kontribusi terhadap puskesmas serta pengembangan/pendidikan yang mengutamakan pelayanan, maka berbagai kegiatan manajemen umum, diantaranya meningkatkan kinerja manajemen operasional dengan mewujudkan indikator kinerja serta menyempurnakan sistem informasi manajemen; sistem pengelolaan keuangan dan akuntansi serta  mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi.
Komposisi ketenagaan berdasarkan latar belakang pendidikan di Puskesmas Way Laga tahun 2013 adalah sebagai berikut

DATA : KEPEGAWAIAN PUSKESMAS WAY LAGA


No

Nama

Pendidikan

Jabatan/ Program
1
Drg. Meri Farida
Fak. Kedokteran Gigi
Ka. UPTD
2
Sajam SE
Sarjana Ekonomi
Ka.Sub.Bag.T.Usaha
3
Dr. Rosdiana.S
Fak. Kedokteran
Dokter umum
4
Drg. Zaerina
Fak. Kedokteran gigi
Dokter gigi
5
Sulastri
D1 Kebidanan
Coordinator bidan
6
M.Yasin

Pelaksana kesling
7
Sumiyati,Amd.Kep
D3 Keperawatan
Pelaksana TB paru
8
Roma Winda Gultom
D3 Gizi
Pelaksana gizi
9
Heru Pratomo
SPK
Staf BP. Umum
10
Ernani
SPRG
Perawat gigi
11
Wahyuni Esa
D3 farmasi
Pelaksana apotik
12
Taufik Yulyanto
SPK
Pelaksana P2M












DATA : KEPEGAWAIAN PUSTU WAY GUBAK

No
Nama
Jabatan
Status
1
K.Simanjuntak
Ka.Pustu
PNS
2
Lukita satya Gusti
D3 Kebidanan
PNS
3
Dyah Kurnia
Pekarya
PNS



 Dari data diatas proporsi terbesar adalah lulusan DIII kesehatan sebesar  33% dan terkecil adalah Sarjana sebesar 6% yaitu dokter gigi maupun umum 
            Sedangkan Komposisi ketenagaan berdasarkan jenis ketenagaan saat ini  100 % tenaga di Puskesmas  adalah PNS.
Kebijakan kegiatan pengembangan SDM didasarkan pada peningkatan kualitas SDM sesuai standar kompetensi,  kebutuhan Puskesmas sehingga memiliki daya ungkit yang besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dari alokasi biaya pengembangan SDM, sampai akhir tahun 2013 Puskesmas telah memberikan kesempatan peningkatan pendidikan berbagai jenis ketenagaan diantaranya tenaga perawat, tenaga medis, tenaga non medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Sedangkan penyelenggaraan pelatihan, seminar dan workshop baik internal maupun eksternal meningkat sebesar dibandingkan dengan penyelenggaraan pada tahun 2009, yaitu dari 48 kali penyelenggaraan di tahun 2009 menjadi 72 kali penyelenggaraan di tahun 2010, dengan jumlah SDM terlatih meningkat Perkembangan ini tentunya diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja pelayanan Puskesmas pada tahun-tahun selanjutnya




b.      Pengembangan Infrastruktur
Unsur pengukuran kinerja pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran lainnya adalah kondisi infrastruktur puskesmas Dalam menilai kondisi infrastruktur digunakan dua indikator yaitu ketersediaan peralatan dan ruangan. Ketersediaan peralatan diukur dengan 3 proxy yaitu (1) kelengkapan peralatan, (2) kalibrasi, dan (3) kondisi peralatan pada layanan rawat jalan,  penunjang medis, dan non medis. Sedangkan ketersediaan ruangan diukur dengan pemenuhan standar minimum luas ruangan pada layanan rawat jalan, , penunjang medis, dan non medis.
Kondisi ketersediaan peralatan tahun 2008 dibandingkan dengan standar minimum digambarkan dalam tabel berikut:
Layanan
Kelengkapan Alat
Alat di Kalibrasi
Kondisi Alat
Rawat Jalan
70%

80%




Penunjang Medis
75%

80%
Non Medis
-
-
-
Rata-rata
72.5%

80%
Dari tabel di atas, rata-rata kelengkapan alat baru mencapai 72.5% dari standar minimum yang harus ada.Kalibrasi alat masih belum dilakukan. Sedangkan kondisi peralatan 80% masih baik.
Kondisi ketersediaan ruangan tahun 2008 dibandingkan dengan standar minimum digambarkan dalam tabel berikut:
Layanan
Pemenuhan Standar Minimum
Luas Ruangan
Rawat Jalan
100 m2
Rawat Inap
-
Penunjang Medis
 75.2m2
NonMedis
92m2

Dari kinerja indikator perspektif pelanggan di atas dapat disimpulkan bahwa penyediaan sumber daya pelayanan berupa SDM dan infrastruktur masih belum memadai dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang prima.
1.4 Perspektif Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran posisi keuangan puskesmas baik dari sumber pendanaan maupun pembiayaan. Dalam mengukur perspektif keuangan digunakan 3 indikator yaitu :
a.       Sales Growth Rate (SGR) : Indikator ini digunakan untuk mengukur kemampuan puskesmas menggali pendapatan fungsional dari jasa layanan kesehatan. Rata‑rata pertumbuhan pendapatan fungsional Puskesmas Way Laga dapat dilihat dari tabel berikut :

Tahun
Realisasi Pendapatan
Fungsional
(Rp)
Tingkat
Pertumbuhan
(%)
2009
12.622.000

2010
11.922.000
-1.06
2011
126.502.195
106
Rata-rata
50.348.731
52.47

Berdasarkan data 3 tahun tersebut di atas, tingkat pertumbuhan pendapatan puskesmas (dengan dasar pengukuran pendapatan tahun 2009 s.d tahun 2011 rata‑rata sebesar 52,47 %dan menunjukkan kecenderungan peningkatan
b.     Cost Recovery Rate (CRR) : Indikator ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kontribusi pendapatan fungsional puskesmas mampu menutup belanja operasional pelayanan. Perkembangan kemampuan pembiayaan operasional puskesmas dari 2009-2011 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tahun
Realisasi Pendapatan Fungsional
Realisasi Belanja Langsung
CRR
(%)

2009
12.622.000
136.692.900
92.33%
2010
11.922.000
146.579.958
81.34%
2011
126.502.195
162.502.194
77.84%
Berdasarkan data historis 3 tahun terakhir menunjukkan biaya langsung puskesmas belum dapat menutupi pendapatan fungsional sehingga kekurangan belanja langsung dibantu oleh pemerintah daerah.  
c.     Tingkat Kemandirian Puskesmas: Indikator ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kontribusi pendapatan fungsional terhadap total belanja. Berdasarkan data historis 3 tahun terakhir tingkat kemandirian keuangan puskesmas rata‑rata .24% dari total belanja puskesmas. Tingkat kemandirian keuangan Puskesmas Way Laga dapat dilihat dari tabel berikut:




Tahun
Realisasi
Pendapatan
Fungsional
(Rp)
Realisasi
Anggaran
Belanja
(Rp)
2009
12.622.000
136.692.900
2010
11.922.000
146.579.958
2011
126.502.195
227.752.194

Dari gambaran tabel di atas, tampak bahwa sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 tingkat kemandirian keuangan puskesmas cenderung menurun. Kondisi keuangan puskesmas yang demikian cukup wajar karena adanya kegiatan relokasi puskesmas yang membutuhkan dana sangat besar yang masih ditunjang dari subsidi pemerintah (pemerintah pusat maupun daerah). Biaya investasi untuk kegiatan relokasi puskesmas diproyeksikan masih cukup dominan untuk lima tahun ke depan. Pemerintah masih berkomitmen untuk terus mengucurkan dana dalam rangka mendukung program penguatan kapasitas infrastruktur sesuai dengan pesatnya perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan jenis penyakit.
Dari gambaran tiga indikator kinerja perspektif keuangan dapat disimpulkan bahwa satu sisi pendapatan fungsional terdapat kecenderungan meningkat, namun sisi lain puskesmas masih memiliki ketergantungan kepada pemerintah dalam segi pembiayaan untuk pengadaan sarana dan prasarana.
Atas dasar pengukuran kinerja internal yang diuraikan di atas, selanjutnya data pengukuran dijadikan obyek analisis pada masing‑masing perspektif sebagai kekuatan atau kelemahan yang dimiliki puskesmas dengan kesimpulan sebagai berikut:



Kekuatan
Kelemahan


1
2
3
- 1
- 2
- 3
A
PELANGGAN






1
Customer acquisition

2
-
-
-
-
2
Customer loyality
-
2
-
-
-
-
3
Number of complain
-
2
-
-
-
-

Sub Jumlah
6





B
PROSES BISNIS INTERNAL







Qualty of Service






1
Mutu pelayanan puskesmas
-
2-
-
-
- -
-

















Sub Jumlah


C
PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN






1
Penyediaan SDM
-
-
-
-
- 2
-
2
Pengembangan SDM
-
-
-
-
- 2
-








3
Pengembangan Infrastruktur
1
-
-
-
-
-

Sub Jumlah
1
- 4




D
KEUANGAN






1
Sales Growth Rate
-
-
3
-
-
-
2
Cost Recovery Rate
-
2
-
-
-
-
3
Tingkat kemandirian keuangan
-
-
-
-
-
- 3

Sub Jumlah
2
- 3

Jumlah
8
- 7














C. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk melihat situasi eksternal puskesmas yang dapat memberikan peluang atau ancaman bagi keberadaan puskesmas. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah berikut:
  1. Kebutuhan pelanggan terhadap provider kesehatan, yang dapat diindikasikan dari variabel-variabel berikut:
Derajat Kesehatan
1.    Angka Kematian (Mortalitas)
a.    Angka Kematian Ibu
Kasus Kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Way Laga adalah :
-          Tahun 2007                       : Tidak ada
-          Tahun 2008                       : Tidak ada
-          Tahun 2009                       : 1 Kasus ( Ny.Maeningsih 27 Tahun meninggal di RSUAM
                                            karena Eklamsia )
-          Tahun 2010                       : tidak ada

GRAFIK KEMATIAN IBU BERSALIN PUSKESMAS WAY
LAGA TAHUN 2007 S/D 2010
0
0
1
0
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
TAHUN 2007
TAHUN 2008
TAHUN 2009
TAHUN 2010

.




b.    Angka Kematian Bayi
Kasus Kematian Bayi di Puskesmas Way Laga adalah :
-          Tahun 2007                       : 3 Kasus
-          Tahun 2008                       : 1 Kasus
-          Tahun 2009                       : 2 Kasus
-          TAHUN 2010                   : 1 Kasus



A.    Kematian Balita
-          Tahun 2007                       : 2 Kasus
-          Tahun 2008                       : 1 Kasus
-          Tahun 2009                       : 2 Kasus
-          Tahun 2010                       : 1 Kasus




2.    Angka Kesakitan (Morbiditas)
a.    Pola 10 Penyakit Terbesar
Dari sumber SP2TP Way Laga ditemukan bahwa penyakit ISPA (faringitis, tonsilitis, cc) tetap menempati urutan 1 pola 10 penyakit terbesar selama 3 tahun terakhir ini. Disusul dengan penyakit . Penyakit lain yang tetap bertahan di peringkat 10 penyakir terbesar adalah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyakit yang ada merupakan penyakit menular berbasis lingkungan di samping penyakit degeneratif yang banyak menyerang usia lanjut yang semakin lama semakin meningkat.

b.    Penyakit Menular
Penyakit menular yang menjadi sorotan selama periode 2011 adalah DBD, diare, campak, TBC paru, pneumonia.

Demam Berdarah Dengue
Berikut ini adalah grafik  penyakit DBD dipuskesmas Way Laga dari Tahun 2007 s/d 2010

Berikut ini adalah grafik trend penyakit DBD dipuskesmas Way Laga dari Tahun 2007 s/d 2010
1.      Malaria
Penyakit Malaria diwilayah kerja Puskesmas Way Laga dari Tahun 2007 s/d 2010 Tidak pernah ditemukan Malaria dengan pemeriksaan Laboratorium Positif
2.      Gigitan Hewan Tersangka Rabies
Penyakit Akibat Gigitan Hewan Tersangka Rabies adalah :

-          Tahun 2007           : 4 Kasus
-          Tahun 2008           : 8 Kasus
-          Tahun 2009           : 6 Kasus
-          Tahun 2010           : 4 Kasus

Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Way Laga semua kasusnya adalah diakibatkan oleh gigitan anjing.
Pada Tahun 2010 telah terjadi KLB Rabies di Puskesmas Way Laga karena terjadinya kasus kematiaan akibat rabies dengan nama penderita Tn Gelege Tuan nimbang yang br alamat di kelurahan pidada jl. Transmigrasi ,meninggal di Rs.Jakarta
3.      Chikungunya
Penyakit Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
Data Penyakit Chikungunya di Puskesmas Way Laga adalah :
-          Tahun 2007                       : 81 Kasus
-          Tahun 2008                       : 28 Kasus
-          Tahun 2009                       : 14 Kasus
-          Tahun 2010                       : 7 Kasus
 Dari data diatas dapat kita lihat telah terjadi penurunan kasus chikungunya setiap tahunnya
4.       Penyakit Flu Burung
Di Wilayah kerja Puskesmas Way laga sering terjadi kematian ayam secara mendadak dan telah diperiksa oleh Dinas peternakan dan ayam tersebut mati akibat virus H5N1 ( Afian Influensa ) dan sampai dengan saat ini belum ada Virus H5N1 yang menyerang manusia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Way laga. 
Berikut ini kami tampilkan Tabel Wilayah yang pernah terjangkit H5N1 pada unggas / ayam
KELURAHAN
WAY LAGA
WAY GUBAK
PIDADA
Dusun
Jml Ayam
Dusun
Jml Ayam
Dusun
Jml Ayam
Batu Suluh
187 ekor


Sk.Indah
18 Ekor
Kroy
9 Ekor




Gn.Sinar
12 Ekor




Purwodadi
10 Ekor




Way Laga
39 Ekor




Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa di kelurahan Way laga hamper seluruh dusunnya pernah terjangkit virus H5N1 dan pernah ada beberapa penderita Suspect H5N1 yang dirawat di Rumah Sakit.
Penyakit Menular Langsung
1.      Diare
Penyakit Diare di Puskesmas Way Laga termasuk tinggi,hal ini dikarenakan tingkat hygyne masyarakat di wilayah kerja puskesmas masih sangat kurang,tetapi penyebab yang utama adalah dikarenakan kurangnya ketersediaan sumber air bersih ,
Berikut ini kami tampilkan grafik kasus diare di Puskesmas Way laga Tahun 2007 s/d 2010
-          Tahun 2007                       : 1452 Kasus
-          Tahun 2008                       : 1027 Kasus
-          Tahun 2009                       : 979 Kasus
-          Tahun 2010                       : 769 Kasus
Dari data diatas dapat kita lihat telah terjadi penurunan kasus diare hal ini terjadi akibat semakin tersedianya sumber air bersih dari masyarakat melalui P2KP





2.      TB.Paru
Penyakit TB.Paru sangat dipengaruri oleh lingkungan yang tidak sehat
Berikut ini kami sampaikan table penyebaran penyakit TB.Paru di Puskesmas Way Laga Tahun 2007 s/d 2010
NAMA KELURAHAN
2007

2008

2009

2010


JML
SEMBUH
JML
SEMBUH
JML
SEMBUH
JML
SEMBUH
Way Laga
14
14
9
9
11
11
14
14
Way Gubak
10
10
5
5
3
3
2
2
Pidada
13
13
15
15
11
11
17
17
jumlah
37
37
29
29
25
25
33
33

3.      Poliomelitis
Pada Tahun 2007 s/d Tahun 2010 belum pernah ditemukan kasus tersebut

4.      AFP
Pada Tahun 2007 s/d 2010 belum pernah ditemukan penyakit tersebut walaupun pernah ada laporan dari warga pidada yang mengatakan ada warganya yang Lumpuh Layu Mendadak , Namun setelah kami lakukan Investigasi ternyata bukan kasus AFP

5.      HIV dan AIDS
Sejak Tahun 2007 s/d 2010 belum pernah ditemukan penderita yang posif menderita HIV dan AIDS ,namun hanya kasus Infeksi Kelamin seperti GO
6.      Campak
Kasus Penyakit Campak di Puskesmas Way Laga sejak tahun 2007 s/d 2010 adalah
-          Tahun 2007                       : 4 Kasus
-          Tahun 2008                       : 2 Kasus
-          Tahun 2009                       : 2 Kasus
-          Tahun 2010                       : 1 Kasus
7.      Pneumonia
Penemuan Kasus Penyaki Pneumonia di Puskesmas Way Laga dari Tahun 2007 s/d 2010 adalah
-          Tahun 2007                       : 39 Kasus
-          Tahun 2008                       : 42 Kasus
-          Tahun 2009                       : 129 Kasus
-          Tahun 2010                       : 195 Kasus

Kecacingan
Penyakit kecacingan banyak menyerang balita dan anak usia sekolah. Sepanjang tahun 2010 tercatat 40 % kasus kecacingan klinis dari 200 balita. Kasus kecacingan erat hubungannya dengan status gizi balita dan prestasi belajar disekolah.
                 
c.    Penyakit Tidak menular
Penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di wilayah kerja puskesmas Way Laga adalah hipertensi, penyakit gigi dan mulut, dan penyakit sistem otot dan jaringan ikat.

Hipertensi
Penyakit hipertensi cukup banyak ditemukan di tahun 2010, yaitu sebesar 198 kasus. Penyakit degeneratif ini telah memasuki sepuluh pola penyakit terbesar di puskesmas. Angka ini tak jauh berbeda dibandingakn dengan tahun sebelumnya. 112 kasus.



Penyakit gigi dan mulut
Sepanjang tahun 2010 ditemukan    kasus penyakit gigi dan mulut, meliputi     karies dentis,       abses dan      stomatitis aptosa.

3.    Status Gizi Masyarakat
2.1.1        STATUS GIZI
1.      Status Gizi Balita
NO
KEGIATAN
2007
2008
2009

2010
SPM%
CAK
SPM%
CAK
SPM%
CAK
SPM%
CAK
1
Balita Naik Berat Badanya
80
88,9
80
88,5
80
81,6
80
88,3
2
Cakupan Balita BGM
<19
0,7
<18
0,8
<17
0,8
<16
0,4
3
Balita Mendapat Vit A 2x
85
99,3
86
95
87
90
90
92
4
Bumil mendapat tablet FE
90
90
92
90
90
90
90
91
5
Pemberian MPASI bayi BGM
100
100
100
100
100
100
100
100
6
Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
100
100
100
100
100
100
100
100
7
Kelurahan mengalami KLB ditangani
100
100
100
100
100
100
100
100
8
Kelurahan rawan gizi
65
65
70
70
70
70
70
70
9
Bayi ASI Eklusif
68
60
70
65
74
68
80
68
10
Kelurahan dengan garam yodium baik
90
100
90
100
90
100
90
100
11
WUS dengan Kapsul Yodium
70
0
70
0
70
0
70
0
                                                                             

4.    Kemampuan daya beli masyarakat
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009  indeks daya beli masyarakat Kota Bandar Lampung sebesar 610,02% jauh di atas rata-rata indeks daya provinsi Lampung sebesar 617,42%.
5.    Jumlah peserta jaminan kesehatan
Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Way Laga Kecamatan Panjang adalah 33.247 jiwa., 29,9 %nya adalah penduduk miskin yaitu sekitar 10.129 sedangkan yang terjamin kesehatannya melalui ansuransi kesehatan (jamkesmas) adalah 9855 jiwa, berarti masih ada masyarakat miskin yang belum memiliki jaminan kesehatan.
Secara khusus pelayanan bagi masyarakat miskin di Puskesmas dikembangkan dengan adanya program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), pecakupan pelayanan bagi masyarakat miskin di Puskesmas terus meningkat terutama sejak tahun 2008 dengan berkembanganya asuransi jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin oleh Pemerintah hal ini dilihat dari jumlah kunjungan pasien miskin yang dilayani serta pembiayaan pelayanan sejak tahun 2008. Setiap bulannya sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 terjadi peningkatan rata-rata layanan pasien miskin sebesar 4%
a.    Jejaring puskesmas sebagai sumber rujukan.
I.              BALAI PENGOBATAN
-          Balai pengobatan Tio
-          Balai pengobatan Sumber Mitra
-          Balai pengobatan Kosasih
II.            DOKTER PRAKTEK
-          Kelurahan Pidada 1 dokter
III.           BIDAN PRAKTEK
-          Kelurahan Way Laga 1
-          Kelurahan Pidada 1
2.Peraturan Perundang-undangan
Lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara beserta peraturan pelaksanaannya membuka koridor baru dalam pengelolaan keuangan pada puskesmas yang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum. Hal ini merupakan peluang bagi puskesmas khususnya dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatannya melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan yang diberikan melalui peraturan-peraturan tersebut.
Atas dasar pengukuran data eksternal yang diuraikan di atas, selanjutnya data pengukuran dijadikan obyek analisis pada masing‑masing perspektif sebagai peluang atau ancaman bagi puskesmas dengan kesimpulan sebagai berikut:





Peluang
Ancaman


1
2
3
- 1
- 2
- 3
A
KEBUTUHAN PELANGGAN TERHADAP PROVIDER KESEHATAN






1
Angka Kesakitan
-
2
-
-
-
-
2
Kemampuan Daya Beli Masyarakat
1
-
-
-
-
-
3
Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan
-
2
-
-
-
-
4
Jejaring Puskesmas Sebagai Sumber Rujukan
-
2
-
-
-
-

Sub Jumlah
6
-








B
KEKUATAN PESAING
-
-
-
-1



Sub Jumlah
-
- 1
C
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
-
2
-
-
-
-

Sub Jumlah
2
-

Jumlah
8
- 1

C. Posisi Puskesmas Way Laga
Atas dasar hasil analisis lingkungan internal dan eksternal menunjukkan posisi Puskesmas Rajabasa berada tepat di garis yang memisahkan kuadran I dan kuadran II.
PELUANG
KEKUATAN
KELEMAHAN
ANCAMAN
 








Posisi puskesmas tersebut menggambarkan bahwa puskesmas memiliki peluang cukup besar untuk meraih pangsa pasar yang sangat potensial di Kotamadya Bandar Lampung. Peluang tersebut akan dapat dicapai apabila puskesmas mengoptimalkan kekuatan yang telah dimiliki dan mengatasi beberapa kelemahan utama seperti pada ketersediaan SDM, sarana dan prasarana, kualitas pelayanan dan promosi/ pemasaran.
Diharapkan dengan adanya perencanaan strategis bisnis dan pelaksanaannya secara konsisten, Puskesmas rajabasa mampu untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka memuaskan harapan masyarakat dan stakeholders.


D. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan
Dari hasil analisis SWOT di atas, dapat dikemukakan lima faktor kunci keberhasilan, sebagai berikut:
1.     Adanya fleksibilitas pengelolaan keuangan dengan tetap memperhatikan aspek pengendalian internal yang berpihak pada kepentingan pasien.
2.     Menerapkan standar pelayanan minimum, meliputi standar input, standar output dan standar mutu secara konsisten sesuai kaidah ilmu kedokteran klinik dan standar yang ditetapkan oleh departemen teknis terkait serta melakukan evaluasi kinerja mutu pelayanan secara periodik dengan mengembangkan sistem pengukuran data kinerja secara bertahap.
3.     Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan puskesmas yang ada dalam memecahkan persoalan‑persoalan elementer puskesmas melalui pendidikan dan pelatihan.
4.     Penataan kelembagaan dengan memperjelas peran dan komitmen semua komponen puskesmas yang berfokus pada peningkatan mutu layanan serta mengembangkan budaya kerja organisasi yang dilandasi etika kerja sesuai pedoman perilaku yang telah ditetapkan.
5.     Pemanfaatan pendanaan subsidi pemerintah secara efisien untuk memicu peningkatan mutu layanan.








BAB IV
ARAH BISNIS PUSKESMAS WAY LAGA


A.  VISI
’Terwujudnya Pelayanan Puskesmas yang optimal dengan bertumpu pada
Pelayanan Prima dan Pemberdayaan Masyarakat Mendukung Indonesia Sehat 2015’
B. MISI
1. Menyelenggarakan Pembangunan yang berwawasan Kesehatan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan berorientasi pada kepuasan pasien.
3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga kelompok dan masyarakat beserta lingkungannya.
6. Menerapkan system manajemen yang professional, transparan dan akuntable.
7. Menbangun Puskesmas dengan konsep nyaman, aman dan homy
8. Meningkatkan sumber daya manusia.
9. Menggalang kemitraan dengan semua pihak dan pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan produktif.

C. Strategis
Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia untuk mencapai kemandirian puskesmas.
Pernyataan misi tersebut menunjukkan perhatian yang seimbang terhadap seluruh aspek puskesmas, yaitu :
a.  Perspektif  keuangan, yang dicerminkan dengan kemandirian puskesmas
b.  Perspektif pelanggan, yang dicerminkan dengan menjadi puskesmas yang terpercaya dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
c.   Perspektif proses bisnis internal, yang dicerminkan dengan menjadi puskesmas yang unggul dalam pelayanan  masyarakat khususnya ibu dan anak..
d.  Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, yang dicerminkan dengan SDM yang profesional, sehingga senantiasa berupaya meningkatkan keahlian dan profesionalitas pegawai.
D. Kebijakan dan Sasaran Strategis
Strategi puskesmas sejalan dengan visi Pemerintah pusat mendukung pencapaian MDGs danmendukung visi dinas kesehatan bandar lampung yaitu, terwujudnya derajat kesehatan  masyarakat bandar lampung yg optimal thn 2015.
1.1   Perspektif Pelanggan
Berdasarkan data historis 5 tahun kondisi pelanggan Puskesmas Rajabasa menunjukkan kecenderungan customer loyality meningkat setiap tahunnya. Untuk meningkatkan customer acquisition dan mempertahankan customer loyality dan mempertimbangkan peluang yang ada, puskesmas menetapkan beberapa sasaran strategis dan target sebagai berikut:
a.     Meningkatnya kepuasan pasien, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:

Indikator Kinerja
Target Kinerja
Kunjungan Pasien

- Customer Acquisition               
50%
- Customer Loyality
75%
Indeks Kepuasan Pasien
80%
Tingkat Keluhan Yang Ditangani
100%

b.     Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat miskin, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Prosentase masyarakat miskin yang dilayani:

- Jamkesmas
100%
- Jamkesda
100%
- Askes
100%



1.2   Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menjadi tumpuan utama bagi puskesmas agar pelayanan prima dapat diberikan kepada pelanggan. Sasaran strategis dan target yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

a.     Meningkatnya mutu layanan puskesmas
Indikator Kinerja
Target Kinerja
kunjungan ibu hamil K-4
95%
komplikasi kebidanan yang ditangani
80%
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
90%
pelayanan nifas
90%
neonatus dengan komplikasi yang ditangani
80%
kunjungan bayi
90%
atau kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
100%
Pelayanan anak balita
100%
balita gizi buruk mendapat perawatan
100%
Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
100%
balita gizi buruk mendapat perawatan
100%
penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
80%
peserta KB aktif
70%
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit, meliputi penyakit
Acute Flaccid Paralysis (AFP)
<15 per 100.000 pend/th
Penderita pneumonia balita

100%
Pasien baru TB BTA positif
85%
Penderita DBD yg ditangani
100%
Pelayanan kesehatan rujukan
100%
desa/ kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

100%
Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat: Cakupan desa siaga aktif

100%

b.     Meningkatnya status puskesmas dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Penetapan PUSKESMAS sebagai BLUD
Tahun 2012
Peningkatan jumlah kunjungan puskesmas

Tahun 2016

1.3   Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berkaitan dengan penyediaan dan pengembangan SDM, komitmen  SDM, serta penyediaan infrastruktur puskesmas. Sasaran strategis dan target yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
a.Meningkatnya kecukupan tenaga kesehatan, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Rasio  tenaga kesehatan:

- Tenaga medis
4
- Tenaga keperawatan
15
- Tenaga penunjang medis
12
- Tenaga non medis
10


b.Meningkatnya kemampuan dan keahlian SDM, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Jumlah pegawai yang mengikuti diklat teknis dan tugas belajar:
100%
- Tenaga medis
100%
- Tenaga keperawatan
100%
- Tenaga penunjang medis
100%
- Tenaga non medis
100%
- Manajemen
100%
c.    Meningkatnya ketersediaan infrastruktur pelayanan kesehatan puskesmas, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Ketersediaan peralatan:

- Kelengkapan peralatan
90%
- Prosentase peralatan dikalibrasi
100%
- Kondisi Peralatan Baik
80%
Ketersediaan ruangan
100%
1.4   Perspektif Keuangan
Untuk perspektif keuangan, sasaran strategis dan target yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
a.     Meningkatnya tingkat kemandirian puskesmas, dengan indikator beserta target kinerjanya sebagai berikut:


Indikator Kinerja
Target Kinerja
Sales Growth Rate (SGR)
50% per tahun
Cost Recovery Rate (CRR)
80%
Tingkat kemandirian Puskesmas
75%
























BAB V
STRATEGI BISNIS

Strategi bisnis merupakan upaya-upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencapai sasaran  strategis  yang  ditetapkan.  Upaya-upaya  tersebut  dilakukan  dengan  menyusun program-program  kerja  yang  direncanakan  dengan  memperhatikan  kekuatan  sumber  dana yang  dimiliki.  Program  kerja  yang  diarahkan  pada  pencapaian  sasaran  strategis  dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Program Kerja
Penetapan Program Kerja merupakan bagian dari tahap formulasi strategi dalam upaya pencapaian arah bisnis puskesmas yang telah ditetapkan pada Bab IV.  Adapun secara sistematis  program-program  kerja  diarahkan  pada  pencapaian  keberhasilan  yang mendukung sasaran strategis dalam empat perspektif BSC sebagai berikut:
1.    Perspektif Pelanggan
Program dalam perspektif pelanggan diarahkan untuk meningkatkan kepuasan kepada pelanggan. Beberapa program dimaksud merupakan program lokalitas kewenangan UPTD, sebagai berikut:
a.     Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
b.     Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin.

2.    Perspektif Proses Bisnis Internal
Program dalam perspektif proses bisnis internal diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Program-program dimaksud dalam perspektif ini merupakan merupakan program lokalitas kewenangan UPTD, sebagai berikut:
a.     Program Upaya Kesehatan Masyarakat – KIA dan Pelayanan kesehatan dasar
b.     Program Perbaikan gizi Masyarakat
c.      Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
  1. Program  peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
  2. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit endemis
  3. Program pelayanan kesehatan akibat gizi buruk

3.    Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Program-program dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diarahkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhan pelayanan akan ketersediaan tenaga kesehatan dan ketersediaan infrastruktur pendukung pelayanan. Program-program tersebut adalah sebagai berikut:
 Program dan Kegiatan Lokalitas Kewenangan UPTD  
1)     Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Puskesmas
2)     Program Peningkatan Sarana dan Prasarana puskesmas
3)     Program Pengembangan Sumber daya manusia- Kesehatan
.
4. Perspektif Keuangan
Program dalam perspektif keuangan selain diarahkan untuk mendukung penyediaan pelayanan, juga diarahkan kepada upaya-upaya untuk mencapai kemandirian puskesmas khususnya dalam hal pembiayaan belanja operasional terkait pelayanan dan peningkatan akuntabilitas keuangan dan kinerja kepada merintah dan masyarakat. Program-program dalam perspektif ini merupakan merupakan program lokalitas kewenangan UPTD, yaitu sebagai berikut:
a.    Program Manajemen Pelayanan Kesehatan.




B.   Kerangka Pembiayaan Lima Tahun
Program‑program kerja yang diarahkan pada pencapaian sasaran strategis didukung dengan kerangka pembiayaan meliputi proyeksi pembiayaan belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kerangka pembiayaan lima tahun secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.